Halaman

    Social Items

Esex Esex Nada4D - Cerita Sex Ku biarkan istriku main dengan lelaki yang lain, Namaku adalah Herman, sebagai seorang pebisnis muda aku sudah bisa dikatakan sukses. Aku bisa berkata begitu karena selain punya usaha yang mapan, rumah yang mewah, aku juga memiliki seorang istri yang cantik bernama Ivana.


Tetapi ada satu hal yang membuatku tak bisa dikatakan sebagai laki-laki yang berhasil, bahwa aku sendiri sama sekali tak bisa memberikan nafkah batin bagi istriku. Keadaan ini terjadi pada tahun kedua perkawinanku, dimana saat itu aku mengalami kecelakaan yang hampir merenggut nyawaku.


Akibat dari kecelakaan itu dokter bilang bahwa aku tak bisa lagi memberi nafkah batin, apalagi keturunan bagi istriku. Hal ini membuat aku dan Ivana cukup terpukul, namun kami berdua telah berjanji bahwa ini hanya rahasia diantara kami berdua.

Cerita Sex Ku biarkan istriku main dengan lelaki yang lain

Pada tahun keempat perkawinan kami, orang tua kami mulai bertanya kapan kami bisa memberi mereka cucu. Aku dan Ivana hanya bisa menjawab segera mungkin, padahal dalam hati kami menangis karena telah berbohong pada orangtua kami berdua.


Suatu hari aku entah darimana mendapat ide gila, dan ketika kusampaikan pada istriku seperti yang sudah kuduga ia menolak mentah-mentah ideku tersebut. Ide yang kumaksud adalah aku akan mencarikannya laki-laki lain untuk menghamilinya. Bandar Slot Online Terpercaya


Terus terang hal ini kulakukan karena tidak tega melihat Ivana istriku, terus menerus dipuaskan nafsunya dengan sex toys, padahal aku tahu ia sendiri tidak puas. Akhirnya dengan segala bujuk rayu akupun berhasil membuat Ivana setuju dengan rencana ini.


“ Tapi mas bagaimana kalau aku hamil apa kamu, masih akan mencintaiku ?” tanya Ivana padaku.

“ Tentu saja sayang aku juga melakukan ini agar kamu bisa mendapatkan kepuasan serta agar kita berdua bisa punya anak.“ jawabku padanya.


Kami berdua telah setuju, tinggal mencari laki-laki yang mau melakukannya. Hal ini memang sulit karena Ivana mengajukan persyaratan bahwa ia mau melakukannya tapi harus dengan yang masih perjaka, alasanya agar tidak terkena penyakit kelamin.


Akhirnya setelah mencarinya kami menemukannya, ya nama pemuda itu adalah Bima, seorang pemuda berusia tujuh belasan. Ketika aku bertanya pada Ivana apa ia mau dengan pemuda itu ia tak menolak, karena ia yakin masih perjaka.


Tidaklah sulit membuat Bima tinggal dirumah kami, orang tua Bima adalah pesuruh dirumah mertuaku, dengan alasan menjadikannya sebagai pesuruh dan satpam dirumah kami, kami berhasil mengajak Bima untuk tinggal bersama kami.


Selama beberapa hari tinggal dirumah kami aku dan Ivana mengecek sifat dari Bima, dan kami berdua setuju bahwa rencana kami dapat dilakukan. Malam ini kami berdua akan segera melakukannya. Malam itu aku sengaja memanggil Bima ke dalam kamar agar bisa menjalankan rencana kami. Terdengar suara ketukan dipintu lalu kemudian suara.


“ Pak permisi apa saya boleh masuk” kata Bima tanpa sadar apa yang akan dia temui

“ Masuk Bim pintunya tidak dikunci” jawabku padanya.


Lalu iapun masuk dan terkejut melihat Ivana istriku tidur telanjang dada di kasur sementara bagian bawah tertutup selimut.


“ pak ada apa ini, lagipula kenapa ibu telanjang begitu?” tanya Bima.

Sudah kuduga dia ini cukup polos orangnya, lalu segera saja akupun menjawabnya.

“Bim bapak mau minta tolong, kamu mau kan. Bapak mau kamu puasin ibu malam ini kalau bisa buat ibu hamil, kamu bisa kan.” Kataku padanya.

“tapi pak ,tapi.”


Tanpa kuduga Ivana bangkit dari tempat tidur lalu menuju Bima. Segera saja ia membuka celana milik Bima lalu iapun meraih batang miliknya kemudian mengulumnya. Bima tak bisa berbuat apa-apa ia kaget ketika melihat tubuh polos Ivana yang kemudian segera memainkan batang miliknya.


“Anggh bu aku ngak tahan aku seperti mau kencing,” katanya

“ Keluarkan saja Bim aku ingin meminumnya.” Jawabnya.


Ternyata Ivana mulai menjadi liar selama dua tahun tak mendapat kehangatan seperti itu, telah membuatnya lupa diri dan menjadi liar. Aku yang melihat sangat senang ternyata Ivana bisa mendapatkan kepuasan, agar tak mengganggu aku memutuskan keluar dari kamar.


Tak lama kemudian Bima mulai mengeluarkan air maninya, tanpa pikir panjang Ivana segera menghisap habis semuanya sambil membersihkan batang Bima dengan lidahnya. Selanjutnya Ivana segera naik ketempat tidur sambil berkata.


“Buang semua pakaianmu lalu bantu aku Bim, malam ini kamu harus bisa untuk memuaskanku” Katanya pada Bima. Seperti diduga Bima masih sedikit bingung tapi ia segera melakukan apa yang diperintahkan oleh istriku.


Di lain pihak setelah melihat Bima dalam keadaan telanjang bulat, Ivana istriku kagum dalam usia masih muda batang miliknya sudah besar, pasti ia akan puas malam ini pikir istriku. Bima yang masih binggung harus berbuat apa setelah melihat dari dekat tubuh istriku, mulai melakukan apa yang diperintah oleh Ivana.


“ Bima ayo puaskan ibu, coba kamu remas dan hisap susu ibu, ayo Bim.”

Bima pun mulai meremas dan menghisap susu istriku, sampai istriku berkata.

“Auch Bim jangan kamu gigit ibu sakit.” Katanya

“maafin Bima bu Bima ngak sengaja, maafin bima lagi ya bu.” Kata Bima dalam nada memelas seolah takut dimarahi.


“ya udah ibu maafin sekarang kamu jilat memeq ibu tapi pelan-pelan ya.”

Bima pun segera menjilati memeq istriku sambil tangannya meremas susu milik istriku.

“Bu memeq ibu kok wangi?” tanya Bima

“Kamu suka Bim, coba sekarang kamu masukkan jari kamu ke dalamnya bim.”


Bima pun segera melakukan apa yang disuruh, tak lama kemudian Ivana istriku mulai mendapat orgasme pertamanya saat Bima menghisap memeqnya.


“Apa ini bu kok asin tapi lengket.” Tanya Bima.

Ivana istrku sedikit geli mendengar ucapan Bima, lalu iapun bertanya padanya.

“Bim ibu mau tanya kamu dah pernah beginian ama perempuan apa belum?”tanya istriku pada Bima.

“Belum bu sama ibu justru yang pertama karena saya kaget ketika melihat ibu telanjang lalu mainin punya saya.”jawabnya.


“Jadi kamu masih perjaka, kalau gitu kamu suka ngak ma tubuh ibu?” Tanya istriku.

“Suka bu tubuh ibu bagus apalagi memeq ibu wangi.” Jawabnya

“Jadi kamu mau kan bikin ibu puas malam ini, apa kamu takut Bim sama bapak.”

“Saya takut sama bapak kalau saya dituduh berbuat tidak baik ama ibu.”


“Kamu ngak usah takut Bim tujuan kamu bapak ama ibu sama bawa kesini supaya kamu bisa membuat ibu hamil, jadi kamu mau kan. Kalau kamu mau coba bawa bantal kecil itu kemari Bim.” Pinta istriku.


Bima pun segera bangkit dan mengambil bantal kecil yang ada di kursi, kemudian memberikannya pada Ivana istriku. Ivana pun segera memakai bantal kecil itu dibawah pinggulnya, ia mencoba buat posisi dimana ia bisa cepat hamil.


“Bim gimana apa kamu dah siap?” tanya istriku.

Bima pun segera bersiap ia meletakkan batangnya tepat dimulut vagina istriku.

“Pelan-pelan Bim sudah lama ibu tidak dimasuki batang yang asli apalagi sebesar punyamu itu, angggh pelan Bim ibu sakit.”


Aku tahu istriku pasti sakit sebab setelah aku dinyatakan impoten oleh dokter, walaupun ia mendapat kepuasan dari sex toys, istriku sama sekali tidak mau memakai dildo. Istriku itu hanya mau memakai vibarator getar yang dipasang pada clirotisnya.


“Maaf bu habis punya ibu sempit sekali jadi Bima harus sedikit maksa masuknya.”

“Ya sudah, ibu dah ngak sakit lagi sekarang kamu dorong maju mundur ya.”


Bima pun mulai memainkan miliknya didalam vagina istriku.

“Bu mentok bu.”


Ivana kaget tapi ia melihat masih ada batang milik Bima yang ada diluar. Ivana berpikir anak selain besar ternyata panjang juga. Setelah lima belas menit memainkan batangnya Bima merasa ia akan keluar lagi.


“Bu rasanya saya mau keluar.”

“Ibu juga bim kita keluar sama-sama didalam. Anggggh Bim ibu keluar.”


Bima merasa batang miliknya diguyur sesuatu kemudian ia dipaksa lebih intim lagi dengan istriku, karena Ivana melingkarkan kakinya sehingga Bima seperti terkunci. Tak lama kemudian Bima mulai mengeluarkan pejunya.


“Bim jangan ditarik dulu ibu mau kamu keluar semua dulu, lalu kalau ibu dah bilang boleh baru kamu tarik keluar.”


Ya selama beberapa menit Bima dan istriku saling tindih. Istriku ingin agar sperma milik Bima bisa segera masuk kerahimnya dan membuat dirinya hamil. Tak lama Bima segera rebahan dikasur, ia sepertinya puas. Dipenisnya tampak sisa cairan darinya dan Ivana. Ivana yang melihatnya segera membersihkan batang itu dengan mulutnya. Ia seperti masih belum puas dengan hubungan intim yang baru saja terjadi.


“Bim kamu masih kuatkan ibu masih kepengin lagi. Pokoknya kamu malam ini harus bisa muasin ibu.” Kata Ivana.

“Baik bu.”

“Ngak kamu panggil bu coba sekarang kamu panggil saja mbak.” Kata istriku.

“Baik bu eh mbak tapi saya haus ingin minum.”kata Bima.

“Ya kamu minum dulu dimeja ada air.” Kata Ivana yang bangkit dari tempat tidur lalu meminum jamu yang telah disiapkan.


“Mbak itu apa kok kaya jamu sih?” tanya Bima.

“Iya ini emang jamu tapi jamu buat kesuburan kamu juga harus minum ini ya Bim agar mbak bisa cepat hamil.” Kata Ivana pada Bima.

Bima pun meminum jamu itu, lalu ronde kedua dengan Ivana dimulai.

“Bim mbak mau tanya kamu pernah ngak lihat tubuh wanita telanjang sebelumnya?”


Bima pun menjawab.


“Kalo lihat pernah, waktu itu lagi ngintip gadis yang pada mandi di sungai, tapi kalo main ama mbak justru yang pertama.”

“Uh kamu bikin mbak greget ayo masukin punya kamu jangan mainin tangan kamu terus disusu mbak nanti mbak marah lo.” Permainan Slot Online Terpercaya


Ya yang terjadi malam itu Bima dipaksa oleh istriku agar mau melayani nafsunya yang telah dipendam selama dua tahun. Berbagai macam gaya diajarkan pada Bima tapi yang sering dilakukan adalah gaya yang cepat membuat hamil, yaitu gaya dimana pinggul diangkat sehingga air mani cepat masuk ke rahim. Pagi harinya aku kembali masuk ke kamar kulihat Bima masih saja main dengan istriku, tapi kali ini posisi doggie.


“Ana apa kamu masih belum puas, tadi malam emang berapa kali?” tanyaku.

“Enam kali sama yang sekarang, heh heh heh….., mas mau kerja ya kalo gitu tunggu bentar ya setelah ini selesai aku mandi lalu siapin makan.” Kata Ivana.

“Ngak usah kamu puasin aja dulu, aku gampang kok bisa sarapan dikantor.”


Begitulah sampai berangkat kekantor aku masih melihat Ivana main dengan Bima, dalam hati aku puas karena bisa melihat senyum Ivana lagi. Pulang dari kantor akupun bertanya pada dia.


“ Ana sampai jam berapa kamu main sama Bima, kelihatan ampe loyo gitu?” tanyaku.

“Sampe jam dua siang, emang seling ama makan dan tidur. Tapi aku maen sepuluh ronde ama dia, aku aja sampe ngak kehitung berapa kali orgasme mas.” Jawab Ivana.

“Tapi kamu baik aja kan, dia ngak kasar ama kamu kan.”

‘Ngak mas, mas malam nanti aku minta ijin mau main lagi ama Bima boleh ngak mas.” Pinta istriku.

“Boleh aja tapi kamu harus inget, kamu jangan sampe dikasari ama dia.” Jawabku.


Ya malam-malam selanjutnya akupun merelakan Ivana istriku tidur dengan lelaki lain yaitu Bima.

Cerita Sex Ku biarkan istriku main dengan lelaki yang lain

Esex Esex Nada4D - Cerita Sex Perpisahan ternikmat dengan mantan pacar tercinta, Kejadian ini berlangsung sekitar bulan Maret 2016 yang lalu. Tanggal berapa tepatnya aku sudah lupa. Yang aku ingat, saat itu hubungan Eksanti dengan Yoga sudah membaik, bahkan aku mendengar mereka telah bertunangan dan berencana untuk melangsungkan pernikahan dalam waktu dekat ini.


Ketika itu mereka tinggal dalam sebuah rumah kost yang sama di daerah Selatan – Jakarta, meskipun berbeda kamar, karena saat itu Yoga sedang mendapat training di Jakarta selama 6 bulan. Sebagai bekas teman dan atasan Eksanti, aku memang pernah dikenalkan dengan Yoga. Yoga ternyata begitu cemburuan. Memang harus aku akui kalau Eksanti memang cantik, bahkan terlalu cantik untuk ukuran Yoga itu. Padahal kalau menurutku sih, adalah hal yang biasa kalau serorang lelaki yang penampilan fisiknya biasa saja, ternyata memiliki seorang pacar yang cantik. Aku mengatakan Eksanti cantik, bukan merupakan penilaianku yang subyektif. Banyak teman-temanku lain yang juga berpendapat begitu. Bahkan beberapa diantaranya berpendapat sama, bahwa Eksanti memiliki sex appeal yang luar biasa tinggi. Bagi kaum lelaki, jika memandang mata Eksanti, boleh jadi langsung akan berfantasi macam-macam.

Cerita Sex Perpisahan ternikmat dengan mantan pacar tercinta

Percaya atau tidak, mata Eksanti begitu sayu seolah-olah ‘pasrah’ ditambah lagi dengan bibirnya yang seksi dan suka digigit-gigit, kalau Eksanti sedang gemes. Sungguh suatu ciptaan Tuhan yang sangat eksotis dan sensual. Ketika aku sempat mengobrol dengan Yoga minggu sebelumnya, secara tidak sengaja kami menemukan suatu peluang bisnis yang mungkin bisa dikerjakan bersama antara kantorku dengan kantornya. Pikiran dagangku segera jalan dan aku menjanjikan untuk menitipkan sebuah proposal kepada Yoga untuk dibahas oleh tim kantornya di Malang. Bandar Slot Online Terpercaya


Siang itu, sehabis meeting dengan salah satu klienku di sebuah kantor di daerah Kuningan, aku berencana untuk mampir ke rumah kost Yoga ? yang juga rumah kost Eksanti – untuk menitipkan proposal yang aku janjikan. Aku mengendarai mobil menuju tempat kost Yoga. Sesampainya di sana, aku melihat garasi tempat mobil Yoga biasa diparkir dalam keadaan kosong yang menandakan Yoga sedang keluar. Namun aku tidak mengurungkan niatku untuk bertemu dengan Yoga. Setelah aku memarkir mobil di depan halaman rumah kost itu, aku masuk menuju ruang tamu yang pada saat itu pintunya dalam keadaan terbuka, dan langsung menuju ke kamar Yoga. Di dalam rumah itu ada 4 kamar dan kamar Yoga yang paling pojok, berhadapan dengan kamar Eksanti.


Masing-masing kamar kelihatan tertutup pertanda tidak ada kehidupan di dalam rumah itu. Aku ingin menulis pesan di pintu kamar Yoga karena memang aku sangat perlu dengannya. Sementara aku sedang menuliskan pesan, samar-samar terdengar suara televisi dari dalam kamar Eksanti, di depan kamar Yoga, pertanda ada seseorang di dalam kamarnya. Aku memastikan kalau yang di dalam kamar itu adalah Eksanti, bukannya orang lain. Aku mengetuk pintu perlahan sambil memanggil nama Eksanti.


Tidak beberapa lama kemudian pintu dibuka kira-kira sekepalan tangan dan aku melihat wajah Eksanti tampak dari celah pintu yang terbuka. “Eh, Mas.. cari Mas Yoga yaa.. Tadi pagi sih ditungguin, tapi Mas Yoga buru-buru berangkat Mas”, jawabnya sebelum aku bertanya. Entah mengapa, ketika menatap mata Eksanti yang sayu itu, pikiranku jadi teringat masa-masa indah yang pernah kami alami dulu. Aku sambil tersenyum menatapnya seraya bertanya, “Kamu nggak ke kantor hari ini?” “Lagi kurang enak badan nih, Mas, tadi Santi bangunnya kesiangan, jadi males banget ke kantor”, jawabnya singkat, sambil menggigit bibir bawahnya.


Ada rasa menyesal kenapa dia harus membolos ke kantor hari ini. by majalahsex.com “Terus, Yoga biasanya jam berapa pulangnya, Santi?”, tanyaku sekedar berbasa-basi. “Mestinya sih jam 5 nanti, tapi mungkin bisa lebih lama, soalnya Mas Yoga hari ini ada tugas kelompok bersama teman-teman trainingnya”, jawabnya agak kesal. Saat itu kira-kira jam 1 siang berarti Yoga pulang kira-kira 4 atau 5 jam lagi, pikiranku mulai nakal. Aku mencoba mencari bahan pembicaraan yang kira-kira bisa memperpanjang obrolan kami agar aku bisa lebih dekat dengan Eksanti. Agak lama aku terdiam. Aku memandang matanya, memandang bibirnya yang basah. Bibirnya yang dipoles warna merah menambah sensual bentuknya yang tipis dan memang sangat indah itu. Semakin lama aaku melihatnya semakin aku berfantasi macam-macam. Sungguh, jantungku deg-degan saat itu. Mata Eksanti tidak berkedip sekejap pun membalas tatapan mataku.


Sebuah desiran hangat mengalir keras di dadaku, dan aku sungguh yakin Eksanti pun masih memiliki getar rasa yang sama denganku. Setelah agak lama kami terdiam, “Teman-teman kamarmu yang lain lagi pada kemana semua, Santi?”, dengan mata menatap sekeliling aku bertanya sekenaku, menanyakan keberadaan anak-anak kost yang lain. “Mas ini mau nyari Mas Yoga atau..”, kata-katanya terputus tapi aku bisa menerjemahkan kelanjutan kalimatnya dari senyuman di bibirnya. Akhirnya aku memutuskan untuk to the point aja. “Aku juga pengin ketemu denganmu, Santi!”, jawabku berpura-pura. Dia tertawa pelan, “Mas, kenapa, sih?”, ia memandangku lembut. “Boleh aku masuk, Santi? Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu,”, jawabku lagi. “Sebentar, ya.. Mas, kamar Santi lagi berantakan nih!” Eksanti lalu menutup pintu di depanku. Tidak beberapa lama berselang pintu terbuka kembali, lalu dia mempersilakan aku masuk ke dalam kamarnya. Aku duduk di atas kasur yang digelar di atas lantai.


Eksanti masih sibuk membereskan pakaian-pakaian yang bertebaran di atas sandaran kursi sofa. Aku menatap tubuh Eksanti yang membelakangiku. Saat itu dia mengenakan kaos ketat warna kuning yang memperlihatkan pangkal lengannya yang mulus. Aku memandang pinggulnya yang ditutup oleh celana pendek. Tungkainya panjang serta pahanya bulat dan mulus. Kejantananku menjadi tegang memandang semua keindahannya, ditambah dengan khayalanku dulu, ketika aku memiliki kesempatan membelai-belai lembut kedua pangkal pahanya itu. Kemudian Eksanti duduk di sampingku. Lututnya ditekuk sehingga celananya agak naik ke atas membuat pahanya semakin terpampang lebar. Kali ini tanpa malu-malu aku menatapnya dengan sepengetahuan Eksanti. Dia mencoba menarik turun agak ke bawah ujung celananya untuk menutupi pahanya yang sedang aku nikmati. “Mas, mau bicara apa, sih?”, katanya tiba-tiba.


Saat itu otakku berpikir cepat, aku takut kalau sebenarnya aku tidak punya bahan pembicaraan yang berarti dengannya. Soalnya dalam pikiranku saat itu cuma ada khayalan-khayalan untuk bercinta dengannya. “Mmm.. San.. aku beberapa hari ini sering bermimpi,”, kataku berbohong. Entah dari mana aku mendapatkan kalimat itu, aku sendiri tidak tahu tetapi aku merasa agak tenang dengan pernyataan itu. “Mimpi tentang apa, Mas?”, kelihatannya dia begitu serius menangapiku dilihat dari caranya memandangku. “Tentang kamu, San”, jawabku pelan. Bukannya terkejut, malah sebaliknya dia tertawa mendengar bualanku. Sampai-sampai Eksanti menutup mulutnya agar suara tawanya tidak terdengar terlalu keras. “Emangnya Mas, mimpi apa sama aku?”, tanyanya penasaran. “Ya.. biasalah, kamu juga pasti tahu”, jawabku sambil tertunduk.


Tiba-tiba dia memegang tanganku. Aku benar-benar terkejut lalu menoleh ke arahnya. “Mas ini ada-ada saja, Mas ‘kan sekarang sudah punya yang di rumah, lagian aku juga ‘kan sudah punya pacar, masa masih mau mimpi-mimpiin orang lain?” “Makanya aku juga bingung, Santi. Lagian kalaupun bisa, aku sebenarnya nggak ingin bermimpi tentang kamu, Santi”, jawabku pura-pura memelas. Kami sama-sama terdiam. Aku meremas jemari tangannya lalu perlahan aku mengangkat menuju bibirku. Dia memperhatikanku pada saat aku melabuhkan ciuman mesra ke punggung tangannya. Aku menggeser posisi dudukku agar lebih dekat dengan tubuhnya. Aku memandangi wajahnya. Mata kami berpandangan. Wajahku perlahan mendekati wajahnya, mencari bibirnya, semakin dekat dan tiba-tiba wajahnya berpaling sehingga mulutku mendarat di pipinya yang mulus. Kedua tanganku kini bergerak aktif memeluk tubuhnya. Tangan kananku menggapai dagunya lalu mengarahkan wajahnya berhadapan dengan wajahku. Aku meraup mulutnya seketika dengan mulutku. Eksanti menggeliat pelan sambil menyebutkan namaku. “Mas.., cukup mas!”, tangannya mencoba mendorong dadaku untuk menghentikan kegiatanku. Aku menghentikan aksiku, lalu pura-pura meminta maaf kepadanya. “Maafkan aku, Santi.. aku nggak sanggup lagi jika setiap malam memimpikan dirimu”, aku pura-pura menunduk lagi seolah-olah menyesali perbuatanku. “Aku mengerti Mas, aku juga nggak bisa menyalahkan Mas karena mimpi-mimpimu itu. Bagaimanapun juga, kita pernah merasa deket Mas”, sepertinya Eksanti memafkan dan memaklumi perbuatanku barusan. Aku menatap wajahnya lagi. Ada semacam kesedihan di wajahnya hanya saja aku tak tahu apa penyebabnya. Pipinya masih kelihatan memerah bekas cumbuanku tadi. “Aku juga ingin membantu Mas agar tidak terlalu memikirkanku lagi, tapi..” kalimatnya terputus.


Dalam hati aku tersenyum dengan kalimat “ingin membantu..” yang diucapkannya. “Santi, aku cuma ingin pergi berdua denganmu, sekali saja.., sebelum kamu benar-benar menjadi milik Yoga. Agar aku bisa melupakanmu”, kataku memohon. “Kita kan sama-sama sudah ada yang punya, Mas.., nanti kalau ketahuan gimana?” Nah, kalau sudah sampai disini aku merasa mendapat angin. Kesimpulannya dia masih mau pergi denganku, asal jangan sampai ketahuan sama Yoga. “Seandainya ketahuan.. aku akan bertanggung jawab, Santi”, setelah itu aku memeluknya lagi. Dan kali ini dia benar-benar pasrah dalam pelukanku. Malah tangannya ikut membalas memeluk tubuhku. Telapak tanganku perlahan mengelus punggungnya dengan mesra, sementara bibirku tidak tinggal diam menciumi pipi lalu turun ke lehernya yang jenjang. Eksanti mendesah. Aku menciumi kulitnya dengan penuh nafsu. Mulutku meraup bibirnya. Eksanti diam saja. Aku melumat bibirnya, lalu aku menjulurkan lidahku perlahan seiring mulutnya yang seperti mempersilakan lidahku untuk menjelajah rongga mulutnya. Nafasnya mulai tidak teratur ketika lidahku memilin lidahnya. Kesempatan ini aku gunakan untuk membelai payudaranya. Perlahan telapak tanganku aku tarik dari punggungnya melalui ketiaknya. Tanpa berhenti membelai, telapak tanganku kini sudah berada pada sisi payudaranya. Aku benar-benar hampir tidak bisa menguasai birahiku saat itu. Apalagi aku sudah sering membayangkan kesempatan seperti saat ini terulang lagi bersamanya. Kini telapak tanganku sudah berada di atas gundukan daging di atas dadanya. Tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, justru yang seperti ini yang paling indah menurutku. Pada saat tanganku mulai meremas payudaranya yang sebelah kanan, tangan Eksanti mencoba menahan aksiku. Payudaranya masih kencang dan padat membuatku semakin bernafsu untuk meremas-remasnya. “Mas, jangan sekarang Mas.. Santi takut..”, katanya berulang kali. Aku juga merasa tindakanku saat itu betul-betul nekat, apalagi pintu kamar masih terbuka setengah. Jangan-jangan ada orang lain yang melihat perbuatan kami. Wah, bisa gawat jadinya. Aku akhirnya berdiri dari tempat dudukku untuk menenangkan suasana.


Aku bukanlah tipe laki-laki yang suka terburu-buru dalam berbagai hal, khususnya dalam masalah percintaan. Aku kini duduk di kursi sofa menghadap Eksanti, sedangkan Eksanti masih di atas kasur sambil memperbaiki rambut dan kaosnya kuningnya yang agak kusut. “Mas, mau ngajak Santi ke mana, sih”, Eksanti menatap wajahku. “Pokoknya tempat di mana tidak ada orang yang bisa mengganggu ketenangan kita, Santi”, jawabku sambil memandang permukaan dadanya yang baru saja aku remas-reMas. Eksanti duduk sambil bersandar dengan kedua tangan di belakang untuk menahan tubuhnya. Payudaranya jadi kelihatan menonjol. Aku memandang nakal ke arah payudaranya sambil tersenyum. Kakinya diluruskan hingga menyentuh telapak kakiku. “Tapi kalau ketahuan.. Mas yang tanggung jawab, yaa..”, katanya mencoba menuntut penjelasanku lagi. Aku mengangguk. “Terus kapan jalan-jalannya, Mas?”, “Gimana kalo besok sore jam 4, besok ‘kan Jum’at, bisa pulang lebih awal ‘kan?”, tanyaku. “Ketemu di mana?”, tanyanya penasaran. “Kamu telepon aku, kasih tahu kamu lagi dimana saat itu, lalu aku akan menjemputmu di sana, gimana?”, tanyaku lagi. Dia tersenyum menatapku, “Wah, Mas ternyata pintar banget untuk urusan begituan.”, Aku tertawa. “Tapi aku nggak mau kalau Mas nakalin aku kayak dulu lagi!!,”, tegasnya. Aku terkejut namun pura-pura mengiyakan, soalnya tadi aku merasa besok aku sudah bisa menikmati kehangatan tubuh Eksanti seperti dulu lagi. Makanya besok sengaja aku memilih waktu sore hari karena aku ingin mengajaknya menginap, kalau dia mau. Namun aku diam saja, yang penting dia sudah mau aku ajak pergi, tinggal penyelesaiannya saja. Lagian ngapain dia mesti minta tanggung jawab, seandainya aku tidak berbuat apa-apa dengannya, pikirku lagi. Ah, lihat besok sajalah.


Pukul 3 siang, akhirnya aku harus kembali ke kantorku, di samping memang Eksanti juga meminta aku segera pulang karena dia juga takut kalau tiba-tiba Yoga memergoki kami sedang berdua di kamar. Namun sebelum pulang aku masih sempat menikmati bibir Eksanti sekali lagi waktu berdiri di samping pintu. Aku malah sempat menekan tubuh Eksanti hingga punggungnya bersandar di dinding. Kesempatan ini aku gunakan untuk menekan kejantananku yang sedari tadi butuh penyaluran ke selangkangannya. by majalahsex.com Tetapi hal itu tidak berlangsung lama karena situasinya memang tidak memungkinkan. by majalahsex.com Di kantor.., di rumah.. aku selalu gelisah. Kejantananku senantiasa menegang membayangkan apa yang telah dan akan aku lakukan terhadap Eksanti nanti. Keesokan harinya, disaat aku menunggu tibanya saat bertemu, aku merasa waktu berjalan begitu lambat. Hingga pukul 5 sore, seperti waktu yang telah kami sepakati kemarin, aku sedang menanti-nanti telepon dari Eksanti.


Aku mulai gelisah ketika 15 menit telah lewat, namun Eksanti belum juga meneleponku. Aku mulai menghitung detik-detik yang berlalu hingga hampir setengah jam, dan tiba-tiba handphoneku berbunyi. Seketika aku mengangkat telepon itu. Dari seberang sana aku mendengar suara Eksanti yang sangat aku nanti-nantikan. Eksanti meminta maaf sebelumnya, karena kesibukannya hari itu tidak memungkinkan baginya untuk pulang dari kantor lebih awal. Banyak pekerjaannya yang menumpuk, karena kemarin ia tidak masuk ke kantor. Saat itu ia memintaku untuk menjemputnya di sebuah wartel dekat pertigaan di seberang kantornya. Aku langsung menyambar kunci mobil, lalu keluar dari kantorku dan bergegas menuju wartel tempat di mana Eksanti sedang menungguku. Aku memarkir mobil di depan wartel itu, dan tak lama berselang aku melihat Eksanti keluar dari wartel, dengan memakai kaos ketat warna orange bertuliskan Mickey Mouse (tokoh favoritnya) di bagian dadanya, dipadukan celana jeans warna abu-abu. Blazer kerjanya telah ia lepas, dan ditenteng bersama tas kerjanya. Aku masih ingat, ia memang selalu tampil ke kantor dengan pakaian casual setiap hari Jum’at. Eksanti langsung naik ke atas mobilku, setelah memastikan tidak ada orang lain yang mengenalinya di tempat itu. Aku tersenyum memandangnya. Eksanti kelihatan begitu cantik hari ini. Bibirnya tidak dipoles dengan lipstik merah seperti biasanya. Ia hanya menyapukan lipsgloss tipis, yang membuat jantungku semakin deg-degan. Aku segera menancap gas menuju tol ke arah Ancol. Selama di perjalanan, aku dan Eksanti bercerita tentang berbagai hal, termasuk Yoga dan kehidupan keluargaku.


Sesampainya di Ancol aku mengajak Eksanti untuk makan di sebuah rumah makan di tepi laut yang nuansa romantisnya sangat terasa. Tanpa canggung lagi aku memeluk pinggang Eksanti, pada saat kami memasuki rumah makan tersebut. Eksanti juga melingkarkan tangannya di pinggangku. Setelah memesan makanan dan minuman, aku memeluknya lagi. Tanganku bergerilya di sekitar pinggangnya yang terbuka. Suasana lesehan di rumah makan itu, yang ruangannya disekat-sekat menjadi beberapa tempat dengan pembatas dinding bilik yang cukup tinggi, membuat aku bisa bertindak leluasa kepada Eksanti. “Tadi malam mimpi lagi, nggak?”, tanyanya memecah keheningan. “Nggak, tapi aku sempat gelisah nggak bisa tidur karena terus membayangkanmu”, jawabku tanpa malu-malu. Eksanti tertawa, sambil tangannya mencubit pinggangku.


Hari sudah menjelang malam ketika kami meninggalkan tempat itu. Setelah berputar-putar di sekitar lokasi pantai, akhirnya aku memutuskan untuk menyewa sebuah kamar pada sebuah cottages di kawasan Ancol. Semula Eksanti menolak, karena dia takut kalau kami tidak bisa menahan diri. Aku akhirnya meyakinkan Eksanti bahwa sebenarnya aku cuma ingin berdua saja dengannya, sambil memeluk tubuhnya, itu saja. Akhirnya Eksanti mengalah. Ketika kami telah berada di dalam kamar cottages itu, Eksanti tampak jadi pendiam. Dia duduk di atas kursi memandang ke arah laut, sementara aku rebahan di atas tempat tidur. Aku mencoba mencairkan suasana, dengan kembali bertanya mengenai kesibukan pekerjaannya hari itu. Selama aku bertanya kepadanya, ia cuma menjawab singkat dengan kata-kata iya dan tidak. Hanya itu yang keluar dari mulutnya. “Mas, pasti kamu menganggap aku cewek murahan, yaa.. kan?”, akhirnya Eksanti mau mulai membuka pembicaraan juga.


Ternyata, dengan mengingat statusnya saat ini sebagai tunangan Yoga, Eksanti masih belum bisa menerima perlakuanku yang membawanya ke dalam cottages ini. Namun aku tidak menyesal karena dalam pikiranku sebenarnya dia sudah tahu apa yang akan terjadi, sejak kejadian kemarin siang di kamarnya. Tinggal bagaimana caranya aku bisa mengajaknya bercinta tanpa ada pemaksaan sedikitpun. “Santi, aku sudah bilang sejak kemarin kalau aku ingin berduaan saja bersamamu, sebelum Yoga benar-enar menikahi kamu. Aku hanya ingin memelukmu tanpa ada rasa takut, itu saja. Dan aku rasa di sinilah tempatnya”, jawabku mencoba memberikan pengertian kepadanya. “Tetapi, apa Mas sanggup untuk tidak melakukan yang lebih dari itu?”, Eksanti menatapku dengan sorotan mata tajam. “Kalau kamu gimana?”, aku malah balik bertanya. “Aku tanya, kok malah balik nanya ke aku sih?”, ia bertanya dengan nada agak ketus. “Aku sanggup, Santi”, tegasku. Akhirnya dia tersenyum juga. Eksanti lalu berjalan ke arahku menuju tempat tidur lalu duduk di sampingku. Aku lalu merangkul tubuhnya dan membaringkan tubuhnya di atas kasur. “Janji ya, Mas..!”, ujarnya lagi. Aku mengangguk.


Kini aku memeluk tubuh indah Eksanti dengan posisi menyamping, sedang Eksanti rebah menghadap ke atas langit-langit kamar. Aku mencium pipinya, sambil jemariku membelai-belai bagian belakang telinganya. Matanya terpejam seolah menikmati usapan tanganku. Aku memandangi wajahnya yang manis, hidungnya yang mancung, lalu bibirnya. Aku tidak tahan untuk berlama-lama menunggu, sehingga akhirnya aku memberanikan diri untuk mencium bibirnya. Aku melumat bibir tipis itu dengan mesra, lalu aku mulai menjulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Mulutnya terbuka perlahan menerima lidahku. Cukup lama aku mempermainkan lidahku di dalam mulutnya. Lidahnya begitu agresif menanggapi permainan lidahku, sampai-sampai nafas kami berdua menjadi tersengal-sengal tidak beraturan. Sesaat kemudian, ciuman kami terhenti untuk menarik nafas, lalu kami mulai berpagutan lagi.. dan lagi.. Tangan kiriku yang bebas untuk melakukan sesuatu terhadap Eksanti, kini mulai aku aktifkan.


Aku membelai, meremasi pangkal lengannya yang terbuka. Aku membuka telapak tanganku, sehingga jempolku bisa menggapai permukaan dadanya sambil tetap membelai lembut pangkal lengannya. Bibirku kini turun menyapu kulit putih di lehernya seiring telapak tanganku meraup bukit indah payudaranya. Eksanti menggeliat bagai cacing kepanasan terkena terik mentari. Suara rintihan berulang kali keluar dari mulutnya, disaat lidahku menjulur, menjilat, membasahi, menikmati batang lehernya yang jenjang. “Mas, jangan..!”, Eksanti mencoba menarik telapak tanganku yang kini sedang mereMas, menggelitik payudaranya. Aku tidak peduli lagi. Lagi pula dia juga tampaknya tidak sungguh-sungguh untuk melarangku. Hanya mulutnya saja yang seolah melarang, sementara tangannya cuma sebatas memegang pergelangan tanganku, sambil tetap membiarkan telapak tanganku terus mengelus dan meremas buah dadanya yang mulai mengeras membusung.


Suasana angin pantai yang dingin di luar sana, sangat kontras dengan keadaan di dalam kamar tempat kami bergumul. Aku dan Eksanti mulai merasa kegerahan. Aku akhirnya membuka kaosku sehingga bertelanjang dada. “Santi, Mas sangat ingin melihat payudaramu, ‘yang..”, ujarku sambil mengusap bagian puncak puting payudaranya yang menonjol. Eksanti kembali menatapku tajam. Mestinya aku tidak perlu memohon kepadanya karena saat itupun aku sudah membelai dan meremas-remas payudaranya. Tetapi entah mengapa aku lebih suka jika Eksanti yang membuka kaosnya sendiri untukku. “Tapi janji Mas yaa.., cuma yang ini aja”, katanya lagi. Aku cuma mengangguk, padahal aku tidak tahu apa yang mesti aku janjikan lagi. Eksanti akhirnya membuka kaos ketat warna orange-nya di depan mataku. Aku terkagum-kagum ketika menatap dua gundukan daging di dadanya, yang masih tertutup oleh sebuah berwarna bra berwarna hitam. Payudara itu begitu membusung, menantang. Bukit-bukit di dada Eksanti naik turun seiring dengan desah nafasnya yang memburu. Sambil berbaring Eksanti membuka pengait bra di punggungnya. Punggungnya melengkung indah. Aku menahan tangan Eksanti ketika dia mencoba untuk menurunkan tali bra-nya dari atas pundaknya. Justru dengan keadaan bra-nya yang longgar karena tanpa pengait seperti itu, membuat payudaranya semakin menantang.

Payudaranya sangat putih kontras dengan warna bra-nya, sangat terawat dan sangat kencang, seperti yang selama ini selalu aku bayang-bayangkan. “Payudaramu masih tetap bagus sekali. Santi, kamu pintar merawat, yaa..”, aku mencoba mengungkapkan keindahan pada tubuhnya. “Pantes si Yoga jadi tergila-gila sama dia,”, pikirku. Lalu, perlahan-lahan aku menarik turun cup bra-nya. Mata Eksanti terpejam. Perhatianku terfokus ke puting susunya yang berwarna merah kecoklatan. Lingkarannya tidak begitu besar, namun ujung-ujung puncaknya begitu runcing dan kaku. Aku mengusap putingnya lalu aku memilin dengan jemariku. Eksanti mendesah. Mulutku turun ingin mencicipi payudaranya. “Egkhh..”, rintih Eksanti ketika mulutku melumat puting susunya. Aku mempermainkan dengan lidah dan gigiku. Sekali-sekali aku menggigit lembut putingnya, lalu aku hisap kuat-kuat sehingga membuat Eksanti menarik, menjambak rambutku. Puas menikmati buah dada yang sebelah kiri, aku mencium buah dada Eksanti yang satunya, yang belum sempat aku nikmati. Rintihan-rintihan dan desahan kenikmatan silih berganti keluar dari mulut Eksanti. Sambil menciumi payudara Eksanti, tanganku turun membelai perutnya yang datar, berhenti sejenak di pusarnya lalu perlahan turun mengitari lembah di bawah perut Eksanti. Aku membelai pahanya sebelah dalam terlebih dahulu sebelum aku memutuskan untuk meraba bagian kewanitaannya yang masih tertutup oleh celana jeans ketat yang dikenakan Eksanti.


Secara tiba-tiba, aku menghentikan kegiatanku, lalu berdiri di samping ranjang. Eksanti tertegun sejenak memandangku, lalu matanya terpejam kembali ketika aku membuka pantalon warna hitam yang aku kenakan. Sengaja aku membiarkan lampu kamar cottage itu menyala terang, agar aku bisa melihat secara jelas detil dari setiap inci tubuh Eksanti yang selama ini sering aku jadikan fantasi seksualku. Aku masih berdiri sambil memandang tubuh Eksanti yang tergolek di ranjang, menantang. Kulitnya yang putih membuat mataku tak jemu memandang. Perutnya begitu datar. Celana jeans ketat yang dipakainya telihat terlalu longgar pada pinggangnya namun pada bagian pinggulnya begitu pas untuk menunjukkan lekukan pantatnya yang sempurna. Puas memandangi tubuh Eksanti, lalu aku membaringkan tubuhku di sampingnya. Aku merapikan untaian rambut yang menutupi beberapa bagian pada permukaan wajah dan leher Eksanti. Aku membelai lagi payudaranya. Aku mencium bibirnya sambil aku masukkan air liurku ke dalam mulutnya. Eksanti menelannya. Tanganku turun ke bagian perut lalu menerobos masuk melalui pinggang celana jeans-nya yang memang agak longgar. Jemariku bergerak lincah mengusap dan membelai selangkangan Eksanti yang masih tertutup celana dalamnya. Eksanti menahan tanganku, ketika jari tengah tanganku membelai permukaan celana dalamnya tepat diatas kewanitaannya. Ia telah basah.. Aku terus mempermainkan jari tengahku untuk menggelitik bagian yang paling pribadi pada tubuh Eksanti.


Pinggul Eksanti perlahan bergerak ke kiri.., ke kanan.. dan sesekali bergoyang untuk menetralisir ketegangan yang dialaminya. “Mas, nanti kita terlalu jauh, Mas..”, ujarnya perlahan sambil menatap sayu ke arahku. Matanya yang sayu ditambah dengan rangsangan yang tengah dialaminya, menambah redup bola matanya. Sungguh, aku semakin bernafsu melihatnya. Aku menggeleng lalu tersenyum, bahkan aku malah menyuruh Eksanti untuk membuka celana jeans yang dipakainya. Tangan kanan Eksanti berhenti pada permukaan kancing celananya. Ia kelihatan ragu-ragu. Aku lalu berbisik mesra ke telinganya, kalau aku ingin memeluknya dalam keadaan telanjang seperti yang selama ini senantiasa aku mimpikan. Eksanti lalu membuka kancing dan menurunkan reitsliting celana jeans-nya. Celana dalam hitam yang dikenakannya begitu mini sehingga rambut-rambut pubis yang tumbuh di sekitar kewanitaannya hampir sebagian keluar dari pinggir celana dalamnya. Aku membantu menarik turun celana jeans Eksanti. Pinggulnya agak dinaikkan ketika aku agak kesusahan menarik celana jeans itu. Posisi kami kini sama-sama tinggal mengenakan celana dalam. Tubuhnya tampak semakin seksi saja. Pahanya begitu mulus. Memang harus aku akui tubuhnya begitu menarik dan memikat, penuh dengan sex appeal.


Eksanti menarik selimut untuk menutupi permukaan tubuhnya. Aku beringsut masuk ke dalam selimut lalu memeluk erat tubuh Eksanti. Kami berpelukan. Aku menarik tangan kirinya untuk menyentuh kepala kejantananku. Dia tampak terkejut ketika mendapatkan kejantananku yang tanpa penutup lagi. Memang, sebelum aku masuk ke dalam selimut, aku sempat melepaskan celana dalamku tanpa sepengetahuan Eksanti. Aku tersenyum nakal. “Occhh..”, Eksanti semakin kaget ketika tangannya menyentuh kejantananku yang telah tegak menegang. “Kenapa, Santi?”, aku bertanya pura-pura tidak mengerti. Padahal aku tahu dia pasti terkejut karena merasakan betapa telah kuat dan kokohnya kejantananku saat ini. Eksanti tersenyum malu. Sentuhan kejantananku di tangannya membuat Eksanti merasa malu, tetapi hati kecilnya mau, ditambah sedikit rasa takut, mungkin.. Kini, Eksanti mulai berani membelai dan menggenggam kejantananku. Belaiannya begitu mantap menandakan Eksanti begitu piawai dalam urusan yang satu ini. “Tangan kamu semakin pintar yaa.., Santi”, ujarku sambil memandang tangannya yang mulai mengocok-ngocok lembut sekujur kejantananku. “Ya, mesti dong..,’kan Mas yang dulu ngajarin Santi!”, jawabnya sambil cekikikan. Mendapat jawaban pertanyaan seperti itu, entah mengenapa hasrat birahiku tiba-tiba menjadi semakin liar.


Namun aku tetap berusaha bertahan untuk sementara waktu, sebelum aku merasakan ia benar-benar siap untuk berpaducinta denganku. Sambil meresapi kenikmatan usapan-usapan yang aku rasakan di sepanjang kulit batang kejantananku, jari-jemariku yang nakal mulai masuk dari samping celah celana dalam Eksanti. Telapak tanganku langsung menyentuh bibir kewanitaannya yang sudah merekah basah. Jari telunjukku membelai-belai sejumput daging kecil di dalam lepitan celahnya, sehingga Eksantipun semakin merasakan nikmat semata. “Kamu mau mencium kejantananku nggak, Santi?”, tanyaku tanpa malu-malu lagi. Eksanti tertawa sambil mencubit batang kejantananku. Aku meringis. “Kalau punya Mas yang sekarang, kayaknya Santi nggak bisa?”, ujarnya. “Kenapa memangnya, apa bedanya punya Mas yang dulu dengan yang sekarang?”, tanyaku penasaran. “Yang sekarang kayaknya nggak muat di mulutku, soalnya rasanya tambah besar dari yang dulu..”, selesai berkata demikian Eksanti langsung tertawa kecil. “Kalau yang dibawah, gimana?”, tanyaku lagi sambil menusukkan jari tengahku ke dalam lubang kewanitaannya.


Eksanti merintih sambil menahan tanganku. by majalahsex.com Tetapi jariku sudah terlanjur tenggelam ke dalam liang senggamanya. Aku merasakan liang kewanitaannya berdenyut menjepit jariku. Oooch.., pasti nikmat sekali kalau saja kejantananku yang diurut, pikirku. Tiba-tiba, matanya memandang tajam ke arahku, dengan muka yang agak berkerut masam. “Kenapa, Santi, ada apa ‘yang?”, aku bertanya sambil menarik tanganku dari liang kewanitaannya. Aku tahu dia marah, tetapi apa sebabnya..? “Anak ini, kok aneh banget, jual mahal lagi”, pikirku. “..atau dia ingat Yoga, sehingga tiba-tiba ia merasa bersalah?” “..terus ngapain dia mau aku cumbu sejak kemarin?”, aku masih penasaran dengan sikapnya yang tiba-tiba berubah. “Mas ‘kan sudah janji untuk tidak melakukannya, ‘kan?”, tiba-tiba Eksanti berbicara. Aku terdiam.


“Aku tadinya nggak mau kita masuk ke kamar ini, karena aku takut kita nggak bisa menahan keinginan untuk melakukannya lagi, Mas”, tambahnya memberikan pengarahan kepadaku. “Bagaimanapun juga khusus untuk yang satu ini, Santi tidak dapat memberikan buat Mas lagi. Bukan hanya Mas yang nggak tahan, aku juga sebenarnya sudah nggak tahan.. Aku nggak munafik, Mas. Tapi.. kumohon, please.. Mas mau mengerti posisiku sekarang”, sambil berkata demikian Eksanti mencium keningku. Aku tidak tahu harus berbuat apa saat itu. Dalam posisi yang sudah sama-sama telanjang, kecuali Eksanti yang masih mengenakan celana dalamnya, berdua di dalam sebuah kamar di tepi laut yang romantis, dapat dibayangkan apa sebenarnya yang bakal terjadi. Tetapi kali ini tidaklah demikian. Bayanganku tentang kenikmatan saat bercinta dengan Eksanti sirna sudah, atau setidaknya tidak dapat aku rasakan saat ini. Tapi sampai kapan? Aku jadi berpikiran untuk memaksanya saja melakukan persetubuhan, tetapi hal itu bertentangan dengan hati nuraniku. Akhirnya aku cuma bisa pasrah dan diam. Kejantananku yang tadi aku rasakan telah tegang menantang, tiba-tiba menjadi lemas dalam genggaman tangan Eksanti. Eksanti meminta maaf kepadaku, menyadari kalau aku kecewa dengan pernyataannya. Aku merasa sudah tidak mungkin bisa untuk melanjutkan permainan cinta lagi.


Aku akhirnya meminta ijin kepada Eksanti untuk mandi. Sungguh,.. aku merasa kecewa sekali. Di dalam kamar mandi, aku lama terdiam. Aku memandang tubuhku di depan cermin. Kemudian aku guyur tubuhku dengan air yang mengalir deras dari shower di atas kepalaku. Aku ingin mendinginkan suhu tubuhku. Tiba-tiba, aku merasakan ada orang lain yang memelukku dari arah belakang. Aku terkejut, namun cuma sesaat setelah menyadari, ternyata Eksantilah yang ada di belakangku. Dia tersenyum memandangku. “Ecchh.. kamu Santi, jangan deket-deket acchh.., aku masih kesel nih!!”, gumamku berpura-pura sambil mencoba membalas senyumannya. “Aku ingin mandi bersamamu, Mas,.. boleh?”, pintanya manja. Aku tidak menjawab permintaannya. Aku langsung menarik tubuhnya untuk berhadapan denganku. Masih di bawah guyuran air yang mengalir dari shower, aku menangkap lengannya, lalu memandang tajam ke arahnya. Berulang kali tanganku mencoba mengusap wajah cantik sensualnya dari guyuran air. Rambutnya yang basah semakin menambah keerotisan wajahnya. Dengan perlahan tanganku menangkap payudaranya dan mengusap, meremas kuat. Eksanti meringis. Bukannya melarang, Eksanti malah mengambil sabun, dan mulai menyabuni tubuhku. Mula-mula dari dada, ke belakang punggung lalu menuju ke bawah, ke batang kejantananku.


Aku merasa aneh atas sikapnya yang berubah-ubah dan suka menggoda. Diusapnya lembut batang kejantananku yang sedikit demi sedikit mulai mengeras kembali. Tangannya yang penuh dengan busa sabun, begitu lembut mengocok batang kejantananku sehingga aku merasa sangat nikmat. Aku tidak tinggal diam, aku membalas menyabuni sekujur tubuh Eksanti. Aku mengikuti setiap gerakan yang dibuatnya terhadap tubuhku lalu aku mempraktekkan kepadanya. Aku membalikkan tubuh Eksanti, sehingga kini ia membelakangiku. Sengaja aku memposisikan tubuhnya berada di depanku, agar aku dapat melihat bagian depan tubuhnya pada permukaan cermin di depannya. Aku melihat ekspressi wajah Eksanti pada permukaan cermin. Mata kami beradu pandang, sementara tanganku membelai-belai payudaranya yang mulai mengeras. Aku mempermainkan puncak-puncak putungnya dengan jemariku, sementara tanganku yang satunya mulai meraba bulu-bulu lebat di sekitar liang kewanitaan Eksanti. Dengan sedikit membungkukkan tubuh, aku meraba permukaan bibir kewanitaan Eksanti. Jari tengahku mempermainkan klitorisnya yang mengeras terkena siraman air. Batang kejantananku yang kini sudah siap tempur, berada dalam genggaman tangan Eksanti.


Sementara aku merasakan, celah kewanitaan Eksanti juga sudah mulai mengeluarkan cairan cinta yang meleleh melewati jemari tanganku yang kini sedang menyusuri lorong di dalamnya. Aku membalikkan tubuh Eksanti kembali, sehingga kini posisinya berhadap-hadapan denganku. Aku memeluk tubuh Eksanti sehingga batang kejantananku menyentuh pusarnya. Tanganku membelai punggungnya, lalu turun meraba bukit-bukit pantatnya yang membulat indah. Eksanti membalas pelukanku dengan melingkarkan tangannya di pundakku. Kedua telapak tanganku meraih pantat Eksanti. Aku meremas dengan sedikit agak kasar, lalu aku mengangkat agak ke atas, agar batang kejantananku berada tepat di depan gerbang kewanitaannya. Kaki Eksanti kini tak lagi menyentuh permukaan lantai kamar mandi. Kaki Eksanti dengan sendirinya mengangkang ketika aku mengangkat pantatnya. Meski agak susah namun aku tetap berusaha agar batang kejantananku bisa masuk merasakan jepitan liang kewanitaan Eksanti. Aku merasakan kepala kejantananku sudah menyentuh bibir kewanitaan Eksanti. Aku menekan perlahan, seiring dengan menarik buah pantatnya ke arah tubuhku. Eksanti menggeliat. Aku merasa kesulitan untuk memasukkan batang batang kejantananku ke dalam liang kewanitaan Eksanti, karena kejantananku yang terus-terusan basah terkena air shower. Akhirnya, aku mengangkat tubuh Eksanti ke luar dari kamar mandi. Bagaimanapun juga aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini, apalagi terbukti tadi, Eksanti hanya diam saja ketika aku berusaha menyusupkan batang kejantananku ke liang senggamanya. Pada saat aku membawanya menuju tempat tidur, Eksanti melingkarkan kedua kakinya di pinggangku.


Aku membaringkan tubuhnya di atas kasur. Lalu, denhan hati-hati tubuhku menyusul menimpa ke atas tubuhnya. Kami tidak mempedulikan butiran-butiran air yang masih menempel di sekujur tubuh kami, sehingga membasahi permukaan kasur. Aku menciumi lagi lehernya yang jenjang lalu turun melumat puting payudaranya. Telapak tanganku terus membelai dan meremasi setiap lekuk dan tonjolan tubuh Eksanti. Aku kembali melebarkan kedua pahanya, sambil mengarahkan batang kejantananku ke bibir kewanitaan Eksanti. Eksanti mengerang lirih. Matanya perlahan terpejam. Giginya menggigit bibir bawahnya untuk menahan laju birahinya yang semakin kuat. Aku menatap mata Eksanti penuh hasrat nafsu. Bola matanya seakan memohon kepadaku untuk segera memasuki tubuhnya. “Aku ingin bercinta denganmu, Santi”, bisikku pelan, sementara kepala kejantananku masih menempel di belahan liang kewanitaan Eksanti. Kata-kataku yang terakhir ini ternyata membuat wajah Eksanti memerah. Mungkin, ketika bersama Yoga, dia jarang mendengar permintaan yang terlalu to the point begitu. Aku bisa memastikan, Eksanti agak malu mendengarnya. Aku berhenti sesaat untuk menunggu jawaban permohonanku kepadanya, karena bagaimana pun aku tidak mau melakukan persetubuhan tanpa memperoleh persetujuan darinya. Aku bukan tipe laki-laki yang demikian. Bagiku berpaducinta adalah kesepakatan, sepakat berdasarkan kesadaran tanpa adanya unsur pemaksaan. Eksanti menatapku sendu lalu mengangguk pelan sebelum memejamkan matanya. Bukan main rasa senangnya hatiku.


Akhirnya.. “..yes!”. Aku berjanji akan memperlakukannya dengan hati-hati sekali, begitu yang ada dalam fikiranku. Kini aku berkonsentrasi penuh dengan menuntun batang kejantananku yang perlahan mulai menyusup melesak ke dalam liang kewanitaan Eksanti. Mula-mula terasa seret memang, namun aku malah semakin menyukainya. Perlahan namun pasti, kepala kejantananku membelah liang kewanitaannya yang ternyata begitu kencang menjepit batang kejantananku. Dinding dalam kewanitaan Eksanti ternyata sudah begitu licin, sehingga agak memudahkan kejantananku untuk menyusup lebih ke dalam lagi. Eksanti memeluk erat tubuhku sambil membenamkan kuku-kukunya di punggungku, hingga aku agak kesakitan. Namun aku tak peduli. “Mas, gede banget, occhh..”, Eksanti menjerit lirih. Tangannya turun menangkap batang kejantananku. “Pelan maas..”, ujarnya berulang kali, padahal aku merasa aku sudah melakukannya dengan begitu pelan dan hati-hati. Mungkin karena lubang kewanitaannya tidak pernah lagi dimasuki batang kemaluan seperti milikku ini. Soalnya aku tahu pasti ukuran kejantanan Yoga, pacar Eksanti tidaklah sebesar yang aku miliki.


Makanya Eksanti agak merasa kesakitan. Akhirnya batang kejantananku terbenam juga di dalam kewanitaan Eksanti. Aku berhenti sejenak untuk menikmati denyutan-denyutan yang timbul akibat kontraksi otot-otot dinding kewanitaan Eksanti. Denyutan itu begitu kuat, sampai-sampai aku memejamkan mata untuk merasakan kenikmatan yang begitu sempurna. Aku melumat bibir Eksanti sambil perlahan-lahan menarik batang kejantananku,.. untuk selanjutnya aku benamkan lagi, masuk.., keluar.., masuk.., keluar.. Aku meminta Eksanti untuk membuka kelopak matanya. Eksanti menurut. Aku sangat senang melihat matanya yang semakin sayu menikmati batang kejantananku yang keluar masuk di dalam kewanitaannya. “Aku suka kewanitaanmu, Santi, kewanitaanmu masih tetap rapet, ‘yang”, ujarku sambil merintih keenakan. Sungguh, liang kewanitaan Eksanti masih terasa enak sekali. “Icchh.. Mas ngomongnya sekarang vulgar banget”, balasnya sambil tersipu malu, lalu ia mencubit pinggangku. “Tapi enak ‘kan, ‘yang?”, tanyaku, yang dijawab Eksanti dengan sebuah anggukan kecil. Aku meminta Eksanti untuk menggoyangkan pinggulnya. Eksanti langsung mengimbangi gerakanku yang naik turun dengan goyangan memutar pada pinggangnya. “Suka batang kejantananku, Santi?”, tanyaku lagi. Eksanti hanya tersenyum.


Batang kejantananku terasa seperti diremas-reMas. Masih ditambah lagi dengan jepitan liang senggamanya yang sepertinya punya kekuatan magis untuk menyedot meluluh lantakkan otot-otot kejantananku. “Makin pintar saja dia menggoyang”, batinku dalam hati. “Occhh..”, aku menjerit panjang. Rasanya begitu nikmat. Aku mencoba mengangkat dadaku, membuat jarak dengan dadanya, dengan bertumpu pada kedua tanganku. Dengan demikian aku semakin bebas dan leluasa untuk mengeluar-masukkan batang kejantananku ke dalam liang senggama Eksanti. Aku memperhatikan dengan seksama kejantananku yang keluar masuk lincah di sana. Dengan posisi seperti ini aku merasa begitu jantan. Eksanti semakin melebarkan kedua pahanya, sementara tangannya melingkar erat di pinggangku. Gerakan naik turunku semakin cepat mengimbangi goyangan pinggul Eksanti yang semakin tidak terkendali. “Santii.. enak banget, ‘yang, kamu makin pintar, ‘yang..”, ucapku merasa keenakan. “Kamu juga, Mas.., Santi juga enakk..”, , jawabnya agak malu-malu. Eksanti merintih dan mengeluarkan erangan-erangan kenikmatan. Berulang kali mulutnya mengeluarkan kata-kata, “aduh..occhh..”, yang diucapkan terputus-putus. Aku merasakan liang senggama Eksanti semakin berdenyut sebagai pertanda Eksanti akan mencapai puncak pendakiannya. Aku juga merasakan hal yang sama dengannya. Namun aku mencoba bertahan dengan menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya pelan-pelan, untuk menurunkan daya rangsangan yang aku alami. Aku tidak ingin segera menyudahi permainan ini dengan tergesa-gesa.


Aku mempercepat goyanganku ketika aku menyadari Eksanti hampir mencapai orgasmenya. Aku meremas payudaranya kuat-kuat, seraya mulutku menghisap dan menggigiti puting susu Eksanti. Aku menghisap dalam-dalam. “Occhh.. Mas..”, jerit Eksanti panjang. Aku membenamkan batang kejantananku kuat-kuat ke liang senggamanya hingga mencapai dasar rongga yang terdalam. Eksanti mendapatkan kenikmatan yang sempurna. Tubuhnya melengkung indah dan untuk beberapa saat lamanya tubuhnya mengejang. Kepalaku ditarik kuat-kuat hingga terbenam di antara dua bukit payudaranya. Pada saat tubuhnya menghentak-hentak, ternyata aku merasa tidak sanggup lagi untuk bertahan lebih lama. “Saanntii.. aakuu.. mau keluaarr.. saayang.. occhh.. hh..”, jeritku. Aku ingin menarik keluar batang kejantananku dari dalam liang senggamanya. Namun Eksanti masih ingin tetap merasakan orgasmenya, sehingga tubuhku serasa dikunci oleh kakinya yang melingkar di pinggangku. Saat itu juga aku merasa hampir saja memuntahkan cairan hangat dari ujung kejantananku yang hampir meledak. Aku merasakan tubuhku bagaikan layang-layang putus yang melayang terbang, tidak berbobot. Aku tidak sempat menarik keluar batang kejantananku lagi, karena secara spontan Eksanti juga menarik pantatku kuat ke tubuhnya, berulang kali. bandar Slot Online Terbaik


Mulutku yang berada di belahan dada Eksanti menghisap kuat kulit putihnya, sehingga meninggalkan bekas merah pada disana. Telapak tanganku mencengkram buah dada Eksanti. Aku meraup semuanya, sampai-sampai Eksanti merasa agak kesakitan. Aku tak peduli lagi. Hingga akhirnya.. plash.. plash.. plash.. (8X), spermaku akhirnya muncrat membasahi lubang sorganya. Aku merasakan nikmat yang tiada duanya ditambah dengan goyangan pinggul Eksanti pada saat aku mengalami orgasme. Tubuhku akhirnya lunglai tak berdaya di atas tubuh Eksanti. Batang kejantananku masih berada di dalam liang kenikmatan Eksanti. Eksanti mengusap-usap permukaan punggungku. “Kamu menyesal, Santi?”, ujarku sambil mencium pipinya. Eksanti menggeleng pelan sambil membalas membelai rambutku. Aku tersenyum kepadanya. Eksanti membalas. Aku meyandarkan kepalaku di dadanya. by majalahsex.com Jam telah menunjukkan pukul 21:00 dan aku mesti cepat pulang ke rumah, karena tadi aku tidak sempat membuat alasan untuk pulang terlambat. Begitu pula dengan Eksanti, yang saat itu telah memiliki kebiasan baru selayaknya calon pasangan suami istri, yaitu makan malam bersama Yoga di rumah kost mereka. Sebelum berpisah, kami berciuman untuk beberapa saat. Itu adalah ciuman kami yang terakhir.., percintaan kami yang terakhir.., sebelum akhirnya Yoga menikahi Eksanti, 2 bulan kemudian.

Cerita Sex Perpisahan ternikmat dengan mantan pacar tercinta

Esex Esex Nada4D - Cerita Sex Bercinta Dengan SPG Cantik, Selasa siang di bulan maret aku terpaksa berteduh di sebuah dealer motor kecil di cibubur. hanya ada seorang gadis spg-nya. namanya Yuni umur 23 thn, gadis sunda yg manis. yang aku suka dari dia adalah bibirnya yang agak besar, seksi dan manis.


hampir sejam ngobrol akhirnya hujan berhenti dan aku pulang sambil meminta kartu namanya. singkat cerita kami sering berhubungan lewat telpon. aku terus terang ttg statusku yg sdh beristri tapi tampaknya tidak masalah buat dia, katanya banyak berteman banyak berkahnya. tapi aku memintanya utk menghubungiku hanya siang dng alasan takut istriku salah sangka.

Cerita Sex Bercinta Dengan SPG Cantik

hubungan kami terus makin akrab walau hanya lewat telpon. ada perasaan romantis setiap kali berbicara ditelpon dng Yuni. Yuni enak diajak ngobrol apapun pasti nyambung. Yuni pun tampaknya menikmati perhatianku. walau tinggalnya tidak terlalu jauh, aku biasa mengiriminya kartu pos yang isnya seringkali memuji suaranya, bibirnya atau alisnya yang tebal atau yang isinya berupa ucapan terimakasih atas persahabatan unik kami. Game Slot Online Terpercaya


melihat tanggapan Yuni yg hangat, aku yg mulanya iseng mulai berpikir kenapa aku tidak jadikan dia selingkuhanku. tiga bln setelah pertemuan pertama, aku mengajaknya ketemuan. kami janji bertemu di mall cijantung.


rabu sore aku duduk di mcD menunggu Yuni, jam 17.45 gadis itu muncul. blue jeans ketat membentuk pinggul, pantat dan pahanya. dan t-shirt ketat bertulis merk motor jepang membungkus tubuhnya. buahdadanya terlihat sedang. padahal yang paling aku kagumi dari wanita adalah buah dada yang besar menantang seperti rizki pritasari. tapi it’s oke mumpung Yuni menyukaiku. kami ngobrol dan seperti pertemuan pertama gadis ini mmg memikat saat sedang “ribut”. sepanjang pertemuan itu Yuni tidak menolak sewaktu kupegang tangannya, menyentuh kakinya.


dia bahkan melap mulutku yang katanya belepotan saos. mendapat angin aku makin yakin kalau ia mmg menyukaiku. aku mengantarnya pulang kekontrakannya di cibubur juga (ortunya tinggal di cengkareng). Yuni memintaku singgah sebentar.kuterima ajakannya. rumahnya kecil ruangnya ada tiga seperti umumya kontrakan di jkt. suasana romantis yang sdh tercipta sejak di mall cijantung tadi membuat udara di ruang tamu menyesakkan dadaku. situasi rumah memancing kelakianku. aku harus mengakhiri pertemuan ini dng kesan yang dalam. mata Yuni menatapku berharap aku memulai sesuatu.


aku pura-pura mau kekamar kecil. Yuni mengantarku kedalam. ia berjalan didepanku.

sampai diruang tengah yg adalah kamar tidurnya, kutarik tangannya, tubuh kami berhadapan.

“kenapa mas?”

aku tak menjawab pertanyaannya, kutarik tubuhnya, tdk ada perlawanan.

kucium bibirnya, kukulum lembut, terasa aroma burger dimulutnya.

bibirnya yang seksi terasa manis.Yuni mulai membalas kulumanku, lidahku menusuk menjelajahi mulutnya. tubuhku terangsang pengakuan Yuni, ia belum pernah bercinta, jadinya aku merasa tertantang utk membimbing dan memberinya kepuasan yg tak akan terlupa.


lama kami berpagut, Yuni menikmati pagutan panas kami. aku merasakan tubuhnya memanas.

kulepas t-shirtnya, yuni menurut.

bh Yuni berwarna pink, seperti yg kubayangkan susunya sedang. agak menyembul karena bh-nya

yang agak ketat. kujilati lehernya Yuni menggelinjang kegelian. “EHHHH…GELI MAS…” pelukanYuni mengencang. ia mendesah-desah lembut, “AAAHH….. AAAHHHH…..tubuhnya bergerak-gerak erotis dlm pelukanku membuat nafsuku terus bergerak naik.


kulepas jeans-nya, Yuni pasrah dia bahkan membantuku melepas celananya. cd berwarna hitam,

“hhhmmm… warna kusuka, seksi…”

kubimbing tubuhnya ke kasur yg terletak diujung ruangan, (Yuni tdk punya ranjang)

kurebahkan tubuhnya. aku tersenyum menatapnya. Yuni membelai rambutku.

“aku mencintaimu Yuni…”rayuku menciumi wajahnya

“Yuni juga mas… “


aku mulai bergerilya diatas tubuhnya kujilati lagi lehernya, bagian tubuh wanita yg paling

gampang membuat membuat mereka kegelian. kutelusuri dadanya menuju belahan susunya. tanganku

masuk kebalik bh-nya. kucubit nakal putingnya, Yuni meringis, mencubit pundakku.

kulepas bh-nya. sekarang semua terpampang indah dihadapanku. kunikmati susu itu, Yuni mengelinjang keenakan. darahku mendidih

aku turun menjilati, menciumi perutnya, kami terbawa suasan panas. yg aku heran kok Yuni

membiarkan pintu rumahnya terbuka dan tdk takut ketahuan org lain. yang aku perhatikan ada

beberapa rumah lain dekat sini

aku sampai di atas selangkangannya. kutarik turun pelan cd-nya tangan Yuni berhenti

mremas-remas rambutku. dia seperti menunggu sesuatu.

pelan tapi pasti kulorotkan sampai cd-nya terlepas. kusergap selangkangannya dng wajahku.

vaginanya kuoral.


sedikit terpekik Yuni menjambak rambutku. jambakan Yuni membuatku bergairah.

kuisap, jilat bibir vagina dan klitorisnya. lidahku menelusup masuk keliangnya.Yuni menggelinjang, mengejang. dan bergetar bergantian desahannya berubah menjadi erangan

cepat.


“EEENNNGGGHHHHH………RRRRRR RGGGGGGHHHHHHHHH…… MASSSS…….. OGGHHH….”

nafasku memburu, vagina Yuni terasa gurih. tubuhku ikut bergetar. nikmatnya vagina ini

rasanya lebih nikmat dari vagina istriku yg mulai longgar setelah melahirkan.

dng sigap kubuka semua pakaianku, sekarang akupun telanjang bulat.


kaki Yuni menjepit-jepit kepalaku. gadis ini terangsang hebat. tapi rasanya tidak adil kalau

ia terbang sendiri.

kuputar tubuhku menjadi gaya 69. ******ku yg tegang mengacung di wajahnya. Yuni shock

sewaktu melihat ******ku, ia terdiam, mungkin tdk tahu harus melakukan apa.

“pegang terus diremas sayang” ajarku.

agak lama baru Yuni mau meremas-remas penisku. enak ada sensasi nikmat menyerangku. rasanya

lebih nikmat dr pada kuremas sendiri atau istriku yg meremasnya.


pantatku bergoyang mengikuti gerak jari-jari Yuni. lama-kelamaan remasan eva makin pintar dan

lincah. ******ku menegang terus dan terasa panas.

kuteruskan oralku di vaginanya, Yuni makin semangat memaini batang kejantananku. vaginanya

basah oleh liur dan lendir.

aku sendiri tidak tahan lagi, “isap sayang…” pintaku dng nada memelas. mungkin dlm keadaan

fly, Yuni menurut saja, dilahapnya ******ku.

pertama agak pelan ragu, tapi kemudian Yuni jadi buas.


aku sulit menggambarkan rasa apa yg sedang menyerang tubuhku. luarbiasa. kami berpacu saling

memuaskan. gadis itu tdk perlu diajar banyak utk menikmati anugerah seks ini.

******ku terasa penuh terasa maniku mulai mengaliriku batangku. sesaat gerakan Yuni menggila

dan tangannya berhenti meremas ******ku. dia akan orgasme.

kuhentikan permainan binal kami. kuputar tubuhku ke posisi tradisional, eva tampaknya

keberatan.


wajahnya kelu nikmat. “jangan berhenti mas….” suaranya berat. nafasnya tersenggal.

“kenapa sayang…?” enak ya..?” godaku Yuni mengangguk malu sambil menggigit dadaku.

aku tersentak, “jangan sayang nanti dilihat istriku”,

tapi terlambat bekas merah halus tergambar didadaku.

“kubalas kau..” kuisap belahan susunya, keras.. cupang merah kini menghiasi susunya.

“kita harus bercinta sebelum cupangmu hilang” “kalo tidak ada bencana yg bakal menimpa kita” kataku.


“Ngarang..”

sambil agak menindih tubuhnya, kubelai rambutnya.

“bolehkah perawanmu untukku sayang?”

“memangnya Yuni masih perawan skrg mas?” wajahnya agak heran.


“vaginamu dioral tdk berarti keperawananmu hilang” “tdk ada darah, yg ada hanya lendirmu”Yuni memelukku, “aku suka pada mas sejak pertemuan pertama dan tiga bulan ini telah jatuh cinta padamu mas”.

“sekarang aku telanjang dihadapanmu, semua milikmu mas”

“aku sdh beristri” kataku

“aku tidak cemburu padanya” jawabnya polos.


inilah wanita, mereka memberi seks agar mendapatkan cinta. sedang pria memberi cinta utk

mendapatkan seks.

kuciumi wajahnya, Yuni membalas. birahi kami kembali bangkit. kulit kami bergesekan membawa

sensasi nokmat.

susunya hangat lembut dan kenyal menggosok dadaku.


“OOOOGGGGHHHHHHHHH…..” aku mengerang nikmat

kami kembali tenggelam dlm kemesuman.Yuni mengerang sewaktu jariku menusuk vaginanya yg banjir. kukocok tdk terlalu dalam, aku tdk

ingin merobek selaputnya, biar ******ku yg merobeknya. “MAS….. ENAKKKK… suaranya lirih.

tubuh Yuni mmemanas, akupun mendidih.


kutuntun tangannya memegang penisku. “bantu mas masuk ke vaginamu sayang..”Yuni meremas ******ku dan mengarahkan ke vaginanya.

alat kelamin kami bersentuhan. kepala batangku menyentuh bibir vaginanya.

inilah pertamakali kami seutuhnya bersatu.

kudorong masuk ******ku yang mengeras seperti batu.

mata Yuni terpajam sambil menggigit bibirnya.


pelan… pelan… tertahan. vagina yg basah dan sdh terbuka itu masih sempit utk di masuki

kutarik keluar kemudian masuk, terus berulang

“AAAGGGHH…’AAAGGGHH” “AAAGGGGHHHH” Yuni berteriak tertahan setiap kali ******ku mengocoknya.

“SAKIT MAAASSS…”suaranya bercampur sakit dan enak

“MAS LEPAS”

“JANGANNN…” tangannya menahan pantatku

terus kukocok, pantatnya bergerak maju mundur.


bercak darah segar menempel di ******ku. akhirnya aku mendapat keperawanannya.

lewat 5 menit…”SLEEEPPP….” penisku tertanam.

“OOOGGGHHHH….”nikmatnya penisku tertanam, dinding nya mengendut hangat, sebisa mungkin

kutancapkan ******ku sampai menyentuh dasar liangnya.

liang Yuni sempit tapi dalam, penisku yg panjangnya sedang saja sekitar 15-16 cm tenggelam

semua.


tubuh Yuni mengejang bergetar, ia menggigit lagi dadaku kali ini agak dekat leher. tapi krn

sedang fly aku tidak peduli.

setelah beberapa saat kami meresapi setiap butir kenikmatan. aku mulai mengocok vaginanya.

kami berburu dalam nafsu birahi. aku seperti seorang joki yang duduk diatas kuda. sementara Yuni menggelepar-gelepar seperti ikan kehabisan air.


kamar Yuni penuh dengan bau mani, nafas yg memburudan erangan. “PLAKK…CEEPLAK…CEPLAK…”

suara air dan kulit bertepukan

“OGGH…OGH..OGH.. hanya itu yg keluar dr mulutku berulang ulang. pikiranku tersumbat

tubuhku melayang kesurga.Yuni tambah membuatku bersemangat mencabulinya dengan suaranya yang merengek, mengerang nikmat. berkali-kali ia menceracau tak karuan. Agen Slot Online Terpercaya


“HHOOOOOOGHHH……..MMMAAAAAS S…. EENNAAAKKK….

SAAA…KKKIITTT…

“EEvVV… LLAAGGIII……..” “NNNNNNNGGGGGGGGHHHHHHH……..”

setelah 10 menit yg rasanya seperti sepuluh thn. tubuh Yuni mengejang terdiam, suaranya

tersendat-sendat, “EGH…EGH…EGH…” Yuni memelukku erat.Yuni hampir sampai. kupercepat kocokanku tubuhku ikutan bergetar hebat.


terasa maniku mengaliri ******ku, sebentar lagi aku akan meledak. rasa nikmat menjalar dari

batang ******ku kepaha sampai ujung jariku, mengalir kesekujur tubuhku. inilah rasa yg

sampai skrg tidak bisa dijelaskan dan tak bernama.

geli, nikmat, ingin menangis, lemas bercampur aduk.


kemudian aku tak bisa bergerak, tubuhku kejang otakku berhenti bekerja.Yuni melenguh panjang, “EEENNNNGGGGHHHHHH……………..”

akupun menyusulnya, “EENNNGGGHHHHHHHHH………..”

kami orgasme bersama.

kami berpelukan. aku tetap menindihnya tak ingin mencabut senjataku dari liangnya.

kuseka keringat di wajahnya, wajahnya tersenyum manis memencarkan kenikmatan yg tiada tara.


“terima kasih sayang”,Kau wanita yang hebat” “kau membawaku kesurga”, kukecup keningnya.

“mas aku cinta kau..jangan tinggalkan aku”suaranya lemah setelah kejadian malam itu, aku menunggu utk menidurinya lagi.

Cerita Sex Bercinta Dengan SPG Cantik

Esex Esex Nada4D - Cerita Sex Hilangnya Sebuah Setatus Perawan, Saya seorang mahasiswa di suatu universitas swasta yang cukup terkenal di Bandung. Suatu hari menjelang ujian akhir semester, saya diajak oleh adik kelasku untuk belajar bersama. Aku menerima saja, karena dari dulu semenjak ia masuk ke jurusanku, aku memang sudah ingin jadi pacarnya.

Cerita Sex Hilangnya Sebuah Setatus Perawan

Perawakannya cukup cantik, dengan tubuh yang ramping

terawat, dan tentunya kulit yang putih karena ia

keturunan Cina. Laura namanya. Begitu Laura mengajakku,

tentu saja kujawab, “Mau..” “Jam berapa?” tanyaku. “Jam

3 sore, di rumahku, jangan terlambat soalnya nanti nggak

selesai belajarnya”, jawabnya. Wah, kesempatan nih,

pikirku. Setahuku, ia tinggal berdua saja dengan

pembantunya karena ayah dan ibunya yang sibuk mencari

nafkah di luar pulau Jawa. Slot Online Terbaru


Pulang kuliah, aku langsung bergegas pulang, karena

kulihat sudah jam 14:30 WIB. Dengan cepat kumasukkan

buku yang sekiranya akan dipakai ke dalam tas, karena

takut terlambat. Sesampainya di rumah Laura, aku

langsung memencet bel yang ada di gerbang depan

rumahnya, rumahnya tidak terlalu besar, tapi cukup

nyaman kelihatannya. Sempat aku bertanya, kok rumahnya

sepi banget. Kalau begitu berarti bonyoknya lagi pada

pergi, jawabku dalam hati.


Tak lama setelah itu, Laura keluar membukakan pintu. Aku

cukup kaget dengan penampilannya yang menarik, kali ini

dia memakai kaos yang cukup ketat dan celana pendek

ketat. Dia tersenyum lebar padaku, sambil mempersilakan

aku masuk. Ketika masuk, aku merasakan rumahnya

benar-benar sepi. “Langsung saja kita ke ruang tengah,

yuk!” ajaknya.


Sesampainya di ruang tengah, aku langsung duduk di

karpet karena tidak ada sofa. Ruang tengahnya didesain

ala Jepang dengan meja Jepang yang pendek yang disertai

rak majalah di bawahnya.


“Tunggu yah, aku mau mandi dulu”, katanya, “Habis

keringatan abis senam nih!” Ternyata aku baru tahu kalau

badannya bagus karena ia sering senam. “Kamu mulai aja

dulu, nanti terangin ke aku yah”, katanya. “Kalo mau

minum, ambil aja sendiri, soalnya pembantuku sedang

sakit, dia lagi tiduran di kamarnya.”


Cukup lama aku belajar sambil menunggunya dan akhirnya

aku bosan dan melihat-lihat majalah yang ada di bawah

meja di depanku. Kulihat semuanya majalah wanita, mulai

dari kawanku, kosmo, dan majalah wanita berbahasa

jepang. Tanpa sengaja, ketika kulihat-lihat kutemukan

sebuah majalah yang berisikan foto cowok bugil dengan

otot-otot yang bagus di tengah majalah bahasa jepang

itu. Aku sempat kaget melihatnya. Bersamaan dengan itu,

ia keluar dari kamar mandi yang letaknya di sudut kamar

tengah di mana aku duduk. Dia keluar memakai kimono kain

handuk putih. Karena keasyikan, aku tidak sadar kalau

dia mendekatiku. Kupikir dia pasti masuk ke kamarnya

untuk berpakaian terlebih dahulu. Aku sempat grogi,

karena aku belum pernah didekati oleh wanita yang hanya

menggunakan baju mandi, karena di rumahku tidak ada

saudara perempuan, jadi aku merasa tidak biasa.


“Ih, kamu, disuruh belajar malah liat-liat yang

aneh-aneh.”

“Ini mah nggak aneh atuh”, kataku, “Aku juga punya, dan

badanku juga kayak gini loh!” bisikku sambil menunjuk ke

salah satu model cowok di majalah tersebut.

Aku memang sudah ikutan fitness sejak kelas 2 SMU, tak

heran kalau aku lebih terkenal karena badanku yang bagus

dibanding kegantenganku.

“Ah, masa?” katanya, “Gua nggak percaya ah.”

“Kamu kok tahan sih liat-liat kaya beginian?” tanyaku.

“Mana ada yang tahan sih?” balasnya.

“Tadi lagi nunggu kamu dateng ke sini saja aku sempet

liat-liat dulu majalah itu lho! Jadi kamu tau khan,

kenapa saya lama mandinya?” jawabnya sambil tersenyum

mesum.

“Ihh, kamu ini!” balasku, “Ternyata suka juga ya sama

yang gituan.”

“Iya dong, tapi, James katanya kalo maen langsung lebih

enak ya dibanding masturbasi?” tanyanya. Saya sempat

kaget ketika dia tanya hal yang begitu dalamnya.


“Kata kamu, kamu mirip ama yang di foto majalah itu,

buktiin dong.”

Wah, kupikir ini cewek sudah horny banget. Aku sempat

grogi untuk kedua kalinya, aku cuma bisa tersenyum.

“Iya sih katanya, tapi khan…”

Belum selesai aku bicara, dia langsung mencium bibirku.

“James, tau nggak kalo aku tuh sebetulnya udah seneng

banget ama kamu semenjak aku ketemu kamu”, bisiknya

sambil mencium bibirku. Aku kaget dan responku cuma bisa

menerima saja, soalnya enak sih rasanya. Terus terang

aku belum pernah dicium oleh cewek sampai seenak itu,

dia benar-benar ahli.


Tanpa sadar, posisinya sudah berada di atas pangkuanku

dengan paha yang menjepit perutku. Sambil menciuminya,

kuelus-elus pahanya dari atas ke bawah, dan dia

mendesah, “Akh… enak sekali!” Kuteruskan aksiku sampai

ke kemaluannya, kuraba klitorisnya, dan kugosok-gosok.

Desahannya semakin keras, dan tiba-tiba dia berhenti.

“Wah, kok berhenti?” aku bertanya dalam hatiku. Langsung

saja kubisikkan padanya bahwa aku juga betul-betul

menginginkannya jadi pacarku sejak awal bertemu. “Lalu

mengapa kamu nggak bilang ama aku?” tanyanya. “Karena

aku takut kalau perasaan kita berbeda”, jawabku. Dia

sempat terdiam sejenak.


Langsung timbul pikiran kotorku. “Udah tanggung nih”,

pikirku. Batang kemaluanku betul-betul sudah

bedenyut-denyut sejak tadi. Langsung saja kubuka baju

mandinya, dan kukulum dan kuhisap buah dadanya. Dia

menerima saja, malah merasa keenakan, hal ini terlihat

dari ekspresi wajahnya. Putingnya menjadi mengeras dan

tak lama kemudian, dia mendesah, “Aakh…” saat kupegang

liang kewanitaannya yang mulai basah.


Aku semakin terangsang, batang kemaluanku benar-benar

sakit rasanya. “Sayang, boleh kan kalau aku menjilati

lubang keramatmu?” Dia mengangguk tanda setuju. Langsung

saja kujilati liang kewanitaannya terutama daerah

klitorisnya. Lumayan lama aku menjilatinya sampai aku

merasa mulutku kering sekali. Akhirnya dia mendesah

panjang, “Aakhhh… aku mau keluar James…” Terlihat

cairan putih keluar dari liang senggamanya, baunya amat

merangsang dan rasanya jauh lebih merangsang lagi.


“James, maen beneran yuk?” ajaknya.

“Wah, gila juga nih cewek”, pikirku.

Karena batang kemaluanku sudah sakitnya bukan main,

langsung saja aku iyakan. Lalu kubuka semua baju dan

celanaku. Kubaringkan dia di lantai berkarpet, dan

kulipat kakinya, kunaikkan ke bahuku, dan mulai

kumasukkan batang kemaluanku yang sudah tegak itu.

Sempit sekali, hampir tidak bisa jalan. Kutekan lebih

keras. Dia menjerit kesakitan, “Stop James, sakit tau.”

Aku tidak menghiraukannya dan terus menekan batang

kemaluanku sampai rasanya kepala batang kemaluanku

menabrak sesuatu. Lalu aku mulai memaju-mundurkan

badanku ke depan dan ke belakang.


Laura mulai merasa enak, dia sudah tidak menjerit lagi.

“Tuh enak kan”, kataku.

“Iyah”, jawabnya, “Bener! enak sekali.. lebih cepet dong

James.”

Kupercepat permainanku, dan dia mendesah, “Ah.. ah..

ah..” karena merasa nikmat. Lama juga aku mengocoknya.

Tak lama kemudian, “James.. aku mau keluar lagi.”

“Sama”, balasku.

“Sedikit lagi, James… Aakkhhh… enak sekali James”,

bersamaan dengan itu, aku pun keluar dan kukeluarkan

seluruh spermaku di dalam liang kewanitaannya. Batang

kemaluanku terasa hangat dan nikmat bercampur jadi satu.

Kutarik batang kemaluanku keluar dan kulihat tetesan

darah di karpet. Aku sempat kaget, berarti dia masih

perawan. Aku sempat merasa senang banget waktu itu.


Laura bangun dan dia kaget saat melihat batang

kemaluanku yang cukup besar, panjang 15,5 cm diameter

3,5 cm. Langsung dia kulum batang kemaluanku, yang sudah

mau tidur lagi. Begitu dikulum, batang kemaluanku

berdiri lagi karena enaknya. Dia mainkan lidahnya di

kepala batang kemaluanku dan menjilat seluruh bagian

batang kemaluanku sampai masuk semua, sampai akhirnya

aku merasa ada dorongan yang kuat pada batang kemaluanku

dan, “Creeet.. creeet.. creet..” spermaku keluar, dia

hisap dan sebagian muncrat ke wajahnya. “Hmmm.. enak

sekali James”, terlihat ekspresi wajahnya yang senang.


Kami pun kelelahan, dan berbaring bersama di ruang

tengah sambil berpelukan dan mengucapkan kata-kata

sayang. Tanpa terasa waktu sudah jam 6 sore. Kami mandi

bersama, dan setelah itu kami makan malam bersama. Aku

disuruhnya menginap, karena malammya kita mau

mempraktekkan jurus yang lain katanya. Aku mengiyakan

saja. Lalu kutelepon ke rumah dan bilang bahwa aku malam

ini mau menginap di rumah teman, aku tidak bilang itu

rumah Laura, karena sudah pasti tidak boleh.


Begitu selesai, kita sempat tertawa bersama karena kita

tidak belajar malah bermain seks. Tapi tidak masalah

sekalian buat penyegaran menuju ujian. Dia balas dengan

senyum. Karena kehabisan pembicaraan, akhirnya kami

mulai terangsang lagi untuk berciuman. Kali ini aksinya

lebih gila. Sambil berciuman kami saling membuka baju.

Sampai tidak ada satu benang pun menempel di badan kita.

Lalu di bicara, “James, kita ke kamarku yuk, biar lebih

asyik.” Kugendong dia ke dalam kamarnya, dan kita

lanjutkan lagi dengan berciuman. Tak lama kemudian

kupegang liang kewanitaannya, sudah basah ternyata.

Langsung saja kubalikkan badannya dan kumasukkan batang

kemaluanku dari belakang. Kali tidak sulit. Dia mendesah

enak ketika kumainkan batang kemaluanku di lubang

senggamanya. Kumainkan terus sampai aku dan dia mau

keluar. Situs Slot Online Terpercaya


“Akkhhh…” kami berdua sama-sama keluar, kukeluarkan

spermaku di luar, karena takut dia hamil. Tenyata Laura

belum puas, dia membaringkan tubuhku di kasurnya. Dia

langsung berdiri di atas tubuhku dan mulai memasukkan

batang kemaluanku ke dalam liang senggamanya. “Ahhhh.. ”

desahnya, “Gini lebih enak James..”


Aku benar-benar lemas tapi karena permainannya yang

begitu hebat, aku sampai lupa. Dia teruskan sampai

spermaku keluar, cuma sedikit kali ini, tidak seperti

sebelumnya. “James dikit lagi juga aku keluar”, bisiknya

tertahan sambil menaik-turunkan tubuhnya di atas

badanku. Akhirnya dia keluar juga. Batang kemaluanku

terasa pegal sekali, badanku benar-benar lemas. Dia juga

terlihat lemas sekali. Kami tertidur lelap sampai pagi

di kasurnya sambil berpelukan dengan tidak berpakaian

karena pakaian kami tertinggal di ruang tengah dan malas

mengambilnya karena sudah capek.


Besok paginya, kami bangun bersama, mandi bersama,

sarapan dan pergi ke kampus sama-sama. Semenjak itu

kamipun sering belajar bersama, walaupun ujung-ujungnya

berakhir di kasur airnya yang empuk. Tapi aku jarang

menginap, karena takut orang tuaku curiga, ini cuma

rahasia kita berdua.

Cerita Sex Hilangnya Sebuah Setatus Perawan

Esex Esex Nada4D - Cerita Sex Pelacur yang telah mengambil keperjakaanku, Setelah sejak siang hari bekerja mengangkut beras kekios tempatnya bekerja Udin nangkring bersama beberapa kuli yang lain. Sudah dua hari anak kampung yang baru 16 tahun itu bekerja. Badannya cukup berisi karena sudah biasa bekerja di sawah membantu bapaknya di kampung. Saat Panceklik dia mencoba mencari tambahan ke kota “X”, dan mendapat pekerjaan di kios beras pak Nurdin. Saat asik melihat kuli lain yang sedang main kartu datang beberapa perempuan yang biasa mangkal disitu dan melayani birahi para kuli dengan bayaran yang memang “murah”, untuk ukuran orang gedean. Seperti biasa dengan suara yang sedikit keras mereka menggoda para kuli itu.


“Wah neng lagi bokek euy, kalo boleh ngutang mah akang mau”, kata salah seorang diantara mereka.

“Wah emang warung nasi, kalo mau maen ya bayar dulu tidak bisa ngutang atuh”, perempuan muda yang bernama Neneng itu menjawab.


Neneng tidak terlalu cantik, badannya bahenol usiannya sudah kepala tiga, janda ditinggal kabur suaminya, “Eh kang itu siapa, anak baru ya?”, kata Neneng saat melihat Udin yang sedikit keheranan melihat kedatangannya.

Cerita Sex Pelacur yang telah mengambil keperjakaanku

“iya masih ingusan, dari Garut baru dua hari disini”, Neneng tersenyum genit dan mendekati Udin yang dari tadi melihatnya.

“kenapa jang kok kayak tidak pernah liat perempuan aja”

“Ah enggak teh”, Udin menjawab dengan malu-malu.

“Wah neng anak kecil belon bisa apa-apa mendingan sama saya saja”

“Apa ngutang tidak sudi, mendingan sama barang baru masih orsinil kan asik dapet perjaka, ayo jang ikut saya saja kan bisa ngobrol berdua dari pada di sini sama mereka.”

“Awas jang jangan kena di rayu entar kena sipilis kamu”

“Eh jangan suka nakutin orang ya saya mah rajin ke dokter nggak bakalan kena sipilis udah disuntik tau”, sambil mengacungkan tinjunya Neneng memaki para kuli itu dengan sedikit marah.


Udin agak rikuh juga karena Neneng menggandeng tangannya, kemudian mereka berdua ngobrol disalah satu warung kopi. Agen Slot Online Terbaru


“Jang mau nemenin saya gak, tidak usah bayar lah ya…, sekarang kamu anterin saya pulang ayo, ntar saya kasih sesuatu yang enak pisan, mau kan…”


Udin cuma bisa tersenyum dan mengangguk perlahan. Kemudian mereka berjalan berduamenyusuri gang di belakang pasar menuju ke rumah Neneng yang kebetulan dekat dengan pasar. Sampai dirumah Neneng kemudian menyuruh Udin masuk dan kemudian mengunci pintu, Udin sedikit keheranan.


“ayo atuh jangan malu-malu, nggak apa-apa disini mah sudah biasa kayak gini sini”, Kata Neneng.

“Aku ngerti kok kamu belum pernah makanya mau saya ajarin mau kan”, kata Neneng sambil membelai dada Udin yang bidang.Udin hanya diam gemetaran, tidak tahu harus berbuat apa kepalanya mengangguk perlahan.


“Baju kamu dibuka aja ya”, kata Neneng sambil menarik kaos yang dipakai Udin, dan kemudian dia membuka risleting celana yang dipakai Udin.


Dengan bernafsu Neneng mencium bibir Udin yang kebingungan diperlakukan seperti ini, namun karena godaan Neneng Udin juga mulai terbakar birahi. Neneng mendorong Udin ketempat tidur sehingga Udin jatuh terlentang diatas tempat tidur, kemudian Neneng menarik celana Udin sehingga anak itu bugil. Kontol Udin sudah berdiri dan dengan refleks dia menutupi kontolnya itu. Neneng hanya tersenyum melihatnya.


“Wah sama saya sih nggak usah malu-malu udah sering lihat yang kayak gitu..”

Kemudian Neneng membuka bajunya, Udin makin salah tingkah melihat ada wanita yang bugil didepan dia. Kemudian neneng naik ke tempat tidur dan menciumi bibir, dada dan menggigit puting uding.


“ahhh aduh geli teh”, Udin mendesah kegelian diperlakukan seperti itu.

“Sekarang aja ya dimasukin sama teteh.”

Neneng memengang kontol Udin dan mengarahkannya ke memeknya. Udin melihatnya masih dengan badan gemetaran.


“akhhh…” Udin mendesah saat kontolnya masuk kedalam memek Neneng, matanya terpejam menikmati sensasi yang baru dia rasakan di kontolnya.


“akhh…sss enak kan Din,” Neneng bergerak naik turun sambil meremas-remas susunya.

Udin merem-melek menikmati goyangan Neneng, kontolnya serasa dipijat dan disedot di dalam memek Neneng, kemudian pantatnya mulai naik turun mengikuti gerakan Neneng dan tangannya meremas-remas seprei, baru saat Neneng membimbing tangannya ke susu Neneng


“Remas Din… Aakhh”. Udin meremas-remas susu neneng, dan saat susu itu disodorkan kemulutnya Udin mulai mengemutnya persis seperti masih bayi, tapi kemudian berhenti saat Neneng menegakkan badannya.


Neneng masih asik menggoyang pantatnya dan tangannya meremas-remas dada Udin. Udin mulai gelisah tangannya kadang meremas susu, kadang meremas seprei dan kadang memegang pinggang Neneng seolah-olah mengatur agar neneng menekan sedalam mungkin.


“Aduh… teh… Aakh”,Udin mendesah, bicaranya mulai ngaco, nafasnya mulai memburu dan badannya mulai kejang, kepalanya mendongkak keatas, matanya terpejam dan pantatnya mengangkat naik dan crot…crot…crot… Entah berapa kali semburan yang keluar dari kontolnya dan akhirnya Udin terkulai lemas.


“Yaaa kan teteh belum, tapi tidak apa-apa istirahat dulu aja ya”, kata Neneng dengan nada sedikit kecewa, mereka tidur sambil berpelukan.


Saat pagi hari Ujang bangun dan melihat Neneng yang tidur terlentang, dia melihat perempuan itu masih telanjang dan tertarik saat melihat gundukan daging yang ditumbuhi rambut halus, kemudian dia mulai meraba memek Neneng. Saat Neneng merasakan memeknya ada yang mengusap-usap dia terbangun melihat Udin tersenyum dan membiarkan Udin memperlakukannya seperti itu. Udin kemudian naik ke atas tubuh Neneng menindihnya dan mengarahkan kontolnya ke memek Neneng lalu menekannya.


“Akh…ngehh”

“Enak kan Din sss… Akh.. Tekan yang dalem din.. Akhh…”


Udin menggerakkan pantatnya maju mundur dan Neneng Menggoyangkan pinggulnya mengikuti gerakan maju mundur pantat Udin. Hanya desahan yang terdengan dari mulut mereka berdua.


“aduh din…terus… Akh.. Yaaa terus din yang kerasss akhh din yeah…terus akhh…”

“Akh teh udin mau keluarehh akh teh… sss.. Akkkh…ngahouch…”

“Teteh dateng din akh…din… Aouchhh…”


Badan mereka berdua menegang, Neneng mengangkat tinggi-tinggi pantat dan dadanya, sedangkan Udin seperti busur panah, pantanya menekan memek Neneng dan tangannya meremas seprei dan sesaat kemudian mereka terkulai lemas. Kepala Udin rebahan di susu Neneng dan kemudian tidur terlentang di sisi Neneng. Beberapa saat kemudian.


“Din yang tadi gratis tapi kalo mau teteh bersihin sekalian Udin harus bayar yah murah kok cuman 20000 aja.”


Udin hanya mengangguk sambil tersenyum. Kemudian Neneng mulai menjilati seluruh badan Udin dada Udin kemudian turun kebawah. Saat sampai di kontol Udin Neneng menjilati kepala kontoln Udin yang masih sedikit tersisa spermanya yang mulai kering, dan kemudian mengulumnya.

“akh…teh..sss… Aduh..geli… Akhh…”, Udin mendesah dan badannya gemetaran, da kontolnya mulai mengeras lagi. Agen Slot Online Terbaik


Neneng terus mengulum kontol Udin sambil mengocoknya. Udin menggerakkan pantatnya naik turun.


“akhh…teh…teehhhh ouch…”

Sperma Udin muncart dimulut Neneng dan sebagian meler keluar dan membasahi kontolnya. Neneng menelan semuanya dan kemudian menjilati sisa-sisa sperma Udin sampai bersih. Setelah mandi Udin membayar uang seperti yang telah dijanjikannya dan kembali pergi ke pasar.


“Din, kamu baru berapa hari kerja disini udah kesiangan, saya tahu kamu kemana, kalo nurut sama bapak mah kamu teh jangan terpengaruh sama perempuan kayak gitu ntar kena penyakit bahaya kan”, Pak Nurdin menasehati Udin.


Udin hanya diam tanpa komentar apa-apa. Tapi karena terlanjur ketagihan Udin sering pergi bersama Neneng dan tanpa disadarinya dia ketularan penyakit dan saat akan berobat Udin tidak mampu menebus obatnya karena uangnya sudah habis untuk mebayar Neneng dan kemudian dia pulang ke kampung dengan perasaan malu yang teramat sangat.

Cerita Sex Pelacur yang telah mengambil keperjakaanku

Esex Esex Nada4D - Cerita Sex Astrid 2, Dua hari setelah peristiwa perkosaan itu mobil Astrid dikembalikan oleh Jon yang berlagak sopan. Astrid tidak berani menemuinya, peristiwa yang memalukan dan menyakitkan itu masih membayang di pikirannya. Tapi tepat pada Sabtu malam Astrid menerima telepon lewat HP nya.


“Hallo sayang..” suara yang sudah dikenal oleh Astrid membuat seluruh tubuh Astrid gemetar. Itu suara Jack. Hampir saja Astrid mematikan HP nya, tapi Jack yang seolah bisa membaca pikirannya langsung melarang Astrid mematikan HP. Dia menyuruh Astrid membawa mobilnya ke suatu tempat. Astrid mematuhi perintah itu karena takut oleh ancaman Jack. Dia segera menuju ke tempat yang sudah disebutkan oleh Jack. Di sana Jack sudah menunggu dengan senyum liar.

Cerita Sex Astrid 2

“Jalan aja terus Non, nanti gue beritahu,” kata Jack yang tahu-tahu sudah masuk ke dalam mobil Astrid. Ternyata Jack mengajak Astrid ke seorang dokter kandungan dan memaksa Astrid untuk dipasangi spiral. Jack berpura-pura menjadi suami Astrid dan meminta dokter kandungan untuk memasang spiral dengan alasan agar tidak hamil. Astrid dengan berat hati memenuhi permintaan gila itu.


“hehehe.. gitu dong Non, kalau Nona menurut semuanya pasti beres,” kata Jack saat mereka di dalam mobil lagi. “Kali ini kayaknya Nona bakal kerja lebih keras deh, soalnya seberapapun seringnya kita ngentot, Nona nggak bakalan bisa hamil kan..” Jack tersenyum liar. Astrid terdiam dengan pikiran berkecamuk, rupanya Jack sudah merencanakan semuanya dengan sangat rapi. Dia tidak menyangka kalau dirinya akan menjadi budak seksual dua orang preman bejat macam mereka. Situs Slot Online Terbaik


Jack lalu menyuruh Astrid mengarahkan mobilnya ke luar kota, Jack juga menyuruh Astrid menelepon ke rumah kalau dirinya akan menginap selama beberapa hari di luar kota supaya tidak mencari. Mereka menuju ke daerah yang sangat sepi dan terpencil di daerah puncak. Astrid melihat ada sebuah rumah kecil di tengah hutan kecil di depannya. Mereka lalu turun dari mobil dan berjalan mendekati rumah itu. Rumah itu sebuah rumah tua, berukuran kecil, lebih mirip villa kecil tapi tidak terawat, kemungkinan sebuah villa yang sudah tidak dipakai, meski begitu rumah itu diterangi oleh lampu listrik yang dicuri dari kabel jaringan. Suasana yang agak gelap membuat Astrid tidak bisa memperhatikan dengan jelas keadaan di sekelilingnya.


Astrid baru akan melangkah ketika Jack menahan sembail mencengkeram pergelangan tangannya.


“Tunggu dulu Non,” Jack tersenyum liar sambil menjilati bibirnya. “Kayaknya sebelum masuk ke dalam rumah lebih baik Nona buka baju dulu di sini..”


Astrid terbelalak mendengar ucapan yang disampaikan dengan nada datar itu, dia dipaksa bugil di luar ruangan. Tapi Astrid takut pada ancaman Jack. Maka sambil berlinang air mata dia melepas pakaiannya satu persatu.


“Sampai bugil Non, sampai bugil,” kata Jack ketika Astrid menyisakan celana dalam dan BH-nya. Mau tak mau Astrid melepaskan pakaian dalamnya sampai dia telanjang bulat. Hanya tinggal kalung emas dan sepatu hak tinggi yang saat ini dipakai Astrid. Pakaiannya diambil oleh Jack dan dimasukkan ke kantong plastik.


“Hehehe.. gitu kan lebih cantik, Nona kelihatan lebih cantik lho kalau bugil,” ujar Jack menghina sambil memelototi tubuh mulus Astrid yang telanjang. “Sekarang masuk,” Jack meremas pantat Astrid sambil mendorongnya maju. Dengan gemetar Astrid membuka pintu. Dia menemukan sebuah ruangan cukup lapang yang didesain agak aneh, penuh diisi dengan pot tanaman, sebuah ranjang besar ada di tengah ruangan, ranjang itu terbuat dari besi yang kokoh, kasurnya dilapisi kain warna pink. Jon, teman Jack sudah menunggu di sofa merah usang yang ada di samping ranjang, sementara di seberang ranjang, dekat ke dinding ada sebuah televisi ukuran besar yang diletakkan di atas sebuah meja kayu usang.


“Ah.. apa kabar Sayangku,” Jon tertawa melihat Astrid yang sudah telanjang bulat. “Kayaknya elo sudah nggak sabar pingin ngentot ya, kok sudah bugil duluan?” Astrid memalingkan mukanya yang berlinang air mata menghindari tatapan liar Jon yang memelototi bagian-bagian vital tubuhnya.


“Nggak usah buru-buru Nona cantik..” Jon menarik tubuh Astrid yang bugil ke ranjang dan memaksanya duduk menghadap televisi.


“Hari ini kita mau bikin film bokep lagi dengan Nona sebagai bintang utamanya,” kata Jon sambil duduk di sebelah Astrid. Astrid hanya diam di tempatnya sambil memalingkan wajah menghindari Jon.


“Tapi sebelumnya lihat dulu yang ini,” Jon menyalakan televisi di depannya dengan remote control. Astrid terkesiap melihatnya, di televisi itu sedang diputar film saat dirinya sedang diperkosa. Suara Astrid di televisi terdengar mendesah dan mengerang membuat Astrid merah padam karena malu dan sakit hati. Tapi Jon memaksa Astrid terus menyaksikan adegan perkosaan itu, dan mau tak mau adegan-adegan itu membuat Astrid terangsang, apalagi saat kemudian Jon secara tiba-tiba menciumi pipinya dan menjilati bagian belakang telinganya sambil tangannya membelai-belai dan meremas payudaranya.


“Ahh..” Astrid mendesah ketika dorongan seksualnya mulai bangkit. Tubuhnya mulai menggeliat dan menegang.


Cerpen Sex Astrid 3

Astrid


“hehehe.. enak kan nonton bokep sambil beginian?” jon mengejek sambil terus menerus menciumi bagian tubuh Astrid yang sensitif terutama di bagian sekitar leher dan pundaknya. Astrid mengerang merasakan sentuhan liar itu, perasaannya mulai kacau balau. Rangsangan dari dalam dirinya menyebabkan Astrid pun menyambut saat ciuman Jon mulai mendarat di bibirnya. Lidah mereka bertemu, saling jilat dan saling membelit. Sementara itu tangan Jon meremas lembut payudara Astrid, tangan satunya mengelus pantat. Keduanya terlibat dalam ciuman penuh nafsu selama lima menit


“Gimana Sayang, asyik kan ? Nona jadi tambah cantik kalau lagi horny gitu loh” Kata Jon sambil tersenyum sambil memilin-milin kedua puting payudara Astrid.


“Mmhh…eengghh…sudah Tuan, sshh…sudahh… !” desahnya merasakan kedua putingnya makin mengeras.


“Tenang sayang, disini aman kok, kita have fun bentar yah !”


Kemudian Jon mencumbui payudara Astrid, lidahnya menyapu-nyapu puting kemerahan yang sudah menegang itu. Astrid hanya bisa mendongak dan mendesah merasakan nikmatnya. Tangan Jon merabai pahanya yang putih mulus itu.


“Hhhssshh…eeemmmhh !” Astrid mendesis lebih panjang dan tubuhnya menggelinjang ketika tangan Jon menyentuh kemaluannya. Seperti ada getaran-getaran listrik kecil yang membuat tubuhnya terasa tersengat dan tergelitik saat jari jari kasar itu menyusup menyentuh bibir vaginanya, daerah itu jadi basah berlendir karena sentuhan-sentuhan erotis itu.


Astrid tidak tahan lagi mendapatkan serangan sehebat itu, perlahan tubuhnya mulai menegang keras, gelora nafsu seksualnya makin meledak mambuat tubuhnya menejang.


“AHHHHHHHH…” Astrid mengerang keras, lalu tubuhnya melemas kembali dan ambruk terlentang di kasur. Cairan vaginanya mengucur deras membasahi seprei. Astrid terengah-engah setelah mengalami orgasme yang begitu hebat. Jack dan Jon tertawa-tawa menyaksikan kejadian itu. Untuk beberapa saat meraka membiarkan saja Astrid terkapar di kasur.


Setelah agak lama, terlihat Jack mempersiapkan kamera handycamnya yang dulu dipakainya untuk merekam perkosaaan Astrid. Dia lalu menegakkan tubuh Astrid id ranjang.


“Nah Sayang, sekarang waktunya Nona untuk jadi bintang film bokep lagi.” Jack berujar datar. “Nah, pertama, Nona harus melakukan onani dulu di situ, siap Non?” Jack memberi aba-aba. Astrid sadar dia tidak bisa membantah perintah kedua preman itu, perlahan diapun melai melakukan apa yang diperintahkan. Mula-mula Astrid meremasi payudaranya sendiri dengan gerakan lembut sambil mendesah-desah, Jack merekam adegan itu dengan seksama. Astrid kemudian memilin-milin puting payudaranya dengan lembut sambil sesekali meremas payudaranya sendiri.


“Teruss ayo teruss..” Jack memberi aba-aba seperti sorang pelatih menyemangati atlitya yang sedang lomba. Astrid melenguh sambil bergerak liar dan menggeliat-geliat, perlahan tapi pasti nafsu birahinya mulai memuncak. Astrid mmpercepat remasan pada payudaranya sendiri dan hal itu membuat tubuhnya kian dibakar oleh dorongan seksual yang makin meledak. Astrid lalu mengarahkan tangannya ke daerah vaginanya. Dengan gerakan liar dia mengusap-usap bibir vaginanya lalu memasukkan jari tengahnya k dalam liang vaginanya lalu mengocok-ngocok jari itu di vaginanya.


“Ohhkkkhh.. ” Astrid merintih merasakan sentuhan tangannya sendiri di vaginanya, mulutnya megap-megap seolah ingin dimasuki oleh penis, Astrid memasukkan jari tangannya yang lain ke mulutnya dan mengulumnya seolah-olah dia sedang mengulum penis sesorang.


“Emhh.. ohhh.. ” Astrid merintih pelan merasakan kenikmatan yang melandanya, dia makin liar beronani, liang vaginanya diaduk-aduk dengan jari-jarinya dengan gerakan liar, tubuhnya mengejang, dan akhirnya.


“AHHHH…OOOHHHH….” astrid mengerang kuat, badannya menyentak sampai melengkung ke belakang. Cairan vaginanya tumpah dengan deras membasahi seprei.


Jack dan Jon tertawa senang melihat Astrid kembali mengalami orgasme, untuk sesaat dibiarkannya Astrid terbaring di ranjang. Tak lama kemudian Jon yang sudah bertelanjang bulat naik ke atas ranjang dan menjamah tubuh bugil Astrid. Jon terlihat memakai topeng kain yang menutupi seluruh wajahnya kecuali bagian mata, hidung dan mulutnya. Dia memaksa Astrid untuk duduk lalu mendekap tubuh bugil itu. Jack masih tetap menyorot setiap adegan demi adegan yang dimainkan oleh Astrid dan Jon. Jon mulai menciumi dan menjilati pipi Astrid dan dengan gerakan kasar dicengkeramnya wajah Astrid sampai bibir Astrid monyong.


“Hehe.. julurin lidah elo Nona..” perintah Jon. Astrid menjulurkan lidahnya, Jon serentak mulai mengulum lidah Astrid dengan bibirnya berulang-ulang seperti orang mengulum permen lolipop, dimainkannya lidah Astrid di bibirnya, rangsangan itu membuat Astrid kembali mengerang, birahinya bangkit kembali, nafasnya mulai megap-megap. Jon mengulangi kulumannya di lidah Astrid berkali-kali, sementara tangannya bergerak menggerayangi payudara Astrid, diremasnya payudara yang putih kenyal itu dengan gerakan lembut sambil sesekali putingnya dipelintir lembut. Astrid melenguh pelan mendapat perlakuan seperti itu, dan dalam keadaan terangsang, dia membiarkan tangan Jon yang satu lagi memegangi tangannya dan membimbingnya ke bagian selangkangan Jon.


“Pegang kontol gue dong Non, terus kocokin kontol gue..” perintah Jon, Astrid menuruti perintah itu dibawah ancaman dan juga dorongan birahinya, tangannya bergerak memegang penis Jon yang sudah mencuat dan mengocok-ngocoknya dengan gerakan lembut, sementara Jon tidak henti-hentinya mengulum lidah Astrid sambil tangannya terus meremas-remas payudara Astrid. Jika Astrid menarik lidahnya, Jon dengan kasar menyentak rambut Astrid membuat Astrid kembali menjulurkan lidahnya untuk dikulum.


Sepuluh menit lamanya Jon menikmati lidah Astrid, kemudian dia membaringkan tubuh mulus itu terlentang di ranjang. Kemudian Jon mulai menyerbu payudara Astrid yang putih dan kenyal, bibir dan lidahnya menciumi dan menjilati payudara Astrid sebelah kiri sementara tangan kirinya asyik meremas-remas payudara Astrid yang sebelah kanan. Tangan Jon yang satu lagi juga sibuk mengaduk-aduk vagina Astrid. Diperlakukan seperti itu membuat tubuh Astrid menegang, dari mulutnya meluncur erangan tertahan, tubuh Astrid bergetar dan nafasnya semakin tidak teratur, rupanya dia sudah tak kuasa menahan diri lagi. Mulutnya menceracau tak jelas dan kakinya terasa lemas, Jon meningkatkan serangannya untuk membuat gadis itu takluk sepenuhnya dengan cara memainkan klitorisnya, daging kecil itu dia gesekkan pada jarinya dan sesekali dipencet-pencet sehingga pemiliknya tersentak dan mengerang, Astrid tinggal pasrah saja membiarkan Jon mengocok-ngocok vaginanya dengan jarinya.


“Haha…enak ya Non, liat udah basah gini !” ejeknya dekat telinga Astrid. Jon lalu mengulum bibir Astrid lagi sambil tangannye terus menerus meremas payudara Astrid. Dia kemudian mengarahkan cumbuannya ke bagian payudara Astrid, dimainkannya puting payudara Astrid sebentar, kemudian lidah Jon menyusuri perut Astrid yang rata, terus ke bawah dan ketika sampai di daerah selangkangan Astrid Jon lalu merangkul pinggang ramping itu membawa tubuhnya lebih mendekat. Paha mulus itu lalu dia ciumi inci demi inci sementara tangannya mengelusi paha yang lain. Astrid merinding merasakan sapuan lidah dan dengusan nafas pria itu pada kulit pahanya membuat gejolak birahinya makin naik .


“Ssshhh…!” sebuah desisan keluar dari mulutnya ketika jari Jon menyentuh bagian vaginanya


“Aahhh… aahhh… jangan !” Astrid mendesah antara menolak dan menikmati saat lidah Jon menelusuri gundukan bukit kemaluannya


Tanpa disadari kakinya melebar sehingga memberi ruang lebih luas bagi Jon untuk menjilatinya. Tubuh Astrid seperti kesetrum ketika lidah Jon yang hangat membelah bibir kemaluannya memasuki liangnya serta menari-nari di dalamnya.


Astrid semakin tak kuasa menahan kenikmatan itu, dia bergerak tak karuan akibat jilatan Jon sehingga Jon harus memegangi tubuhnya.


“Ahhhh…ahhh…oohh !” desahnya dengan tubuh bergetar merasakan lidah Jon memainkan klitorisnya. Dan sekali lagi tubuhnya mengejang kuat, dari vaginanya mengucur airan kewanitaan dengan deras yang langsung dijilati oleh Jon. Astrid sekali lagi mengalami orgasme. Tubuh Astrid lalu kembali melemas dan terkapar tak berdaya kelelahan. Tapi dengan kasar Jon menarik tubuh Astrid dan memaksanya duduk.


“Sekarang emutin kontol gue..” Perintah Jon sambil tiduran terlentang dengan penis mengacung tegak seperti tiang bendera. Atrid dipaksanya untuk menungging dengan wajah tepat menghadapi penisnya. Lalu dengan kasar Jon memaksa Astrid untuk mengulum penisnya. Astrid dengan terpaksa menurut, dia perlahan menjilati ujung penis Jon dengan lidah, bibirnya yang mungil sesekali mengecup dan menciumi ujung penis itu. Lalu Astrid menjilati keseluruhan batang penis Jon dengan lidahnya dengan jilatan-jilatan lembut.


“Ohhhhh… ahhhh enak Non…ahhhh..” Jon mengejang-ngejang mendapatkan belaian lembut lidah Astrid di kemaluannya. Sambil sesekali Astrid mengocok lembut penis itu dengan tangannya, dia kemudian mulai memasukkan batang penis itu ke dalam mulutnya, lalu dengan gerakan amat lembut, dia mulai menggerakkan kepalanya, bibirnya yang mungil mencengkeram lembut batang penis itu dan mengocoknya dengan sangat lembut. Astrid sesekali juga mengeluarkan penis itu dari mulutnya untuk dikocok dan dijilat-jilat kemudian dimasukan lagi dan disedot-sedot seperti orang yang sedang menikmati permen loli. Perlakuan Astrid pada penis Jon membuat Jon benar-benar melayang, dia mengerang-erang liar sambil menjambak rambut Astrid.


“Ahhh… Ahhhh…” Jon memejamkan matanya merasakan kenikmatan di penisnya. Hampir lima menit lamanya Astrid mengulum penis Jon dengan perasaan sangat menderita. Tapi karena sudah terangsang, perlahan-lahan Astrid mulai merasakan sensasi tersendiri. Rasa jijik yang tadinya begitu melingkupinya perlahan-lahan sirna, Astrid mulai menikmati oral seks yang dilakukannya meskipun itu dikalukannya dengan terpaksa. dimaju-mundukannya kepalanya seperti yang pernah dia dengar dari obrolan dengan teman-temannya, lidahnya menjilat memutar kepala penisnya, akibatnya Jon keenakan dan mengerang-ngerang.


“Uuaaahh…terus Non, enak banget, harusnya Nona jadi lonte saja, hehehe !” ejek Jon sambil mengerang keenakan. Astrid hanya bisa menggerakkan mata melihat ke arah Jon yang tersenyum-senyum sambil meringis keenakan. Penis Jon semakin mengeras dan berkedut-kedut di dalam mulut Astrid serta menebar rasa asin. Dia sendiri tidak tahu bagaimana dia bisa segila ini, namun situasi saat itu ditambah jilatan Jon yang tanggung tadi membuat gairahnya menggebu-gebu. Penis yang besar mengerikan itu tidak muat seluruhnya ke dalam mulutnya yang mungil, maka sesekali Jon menekan kepalanya agar bisa masuk lebih dalam lagi. Tapi setalah agak lama, Jon tiba-tiba mendorong Astrid, melepaskan jepitan bibir Astrid dari penisnya. Dia menelentangkan tubuh Astrid di ranjang.


“Nah,sekarang kita mulai ya Non..” kata Jon. Astrid hanya menggeleng lemah sambil menangis, tapi Jon yang sudah terangsang berat tidak mempedulikan penolakan Astrid. Perlahan ditindihnya tubuh bugil Astrid yang putih mulus itu. Lalu pelan-pelan IJon menekan penisnya ke liang senggama Astrid.


“Sshhh…sakit, aawhhh…!!” rintih Astrid ketika penis Jon yang besar itu menerobos vaginanya.Astrid meringis dan merintih menahan rasa sakit pada vaginanya, meskipun sudah tidak perawan lagi setelah diperkosa dua hari yang lalu tapi kemaluannya masih sempit. Jon terus berusaha memasukkan senjatanya sambil melenguh-lenguh. Setelah beberapa saat menarik dan mendorong akhirnya masuklah seluruh penis itu ke vaginanya, saat itu airmata Astrid meleleh lagi merasakan sakit pada vaginanya.


“Huhh…masuk juga akhirnya, tempiknya seret banget Non, gue suka yang kayak gini.” katanya dekat telinga Astrid.


Sesaat kemudian, Jon sudah menggoyangkan pinggulnya, mula-mula gerakannya perlahan, tapi makin lama kecepatannya makin meningkat. Astrid benar-benar tidak kuasa menahan erangan setiap kali Jon penis Jon menghujam vaginanya. Gesekan demi gesekan yang timbul dari gesekan alat kelamin mereka menimbulkan rasa nikmat yang menjalari seluruh tubuh Astrid sehingga matanya membeliak-beliak dan mulutnya megap-megap mengeluarkan rintihan. Jon lalu mengangkat paha kirinya sepinggang agar bisa mengelusi paha dan pantat Astrid sambil terus menggenjot.


Jon meningkatkan tempo goyangannya, penis yang besar dan berurat itu menggesek dan menekan klitorisnya ke dalam setiap kali menghujam. Kedua payudaranya yang membusung tegak itu ikut berguncang hebat seirama guncangan badannya. Jon meraih yang sebelah kanan dan meremasnya dengan gemas. Gairah Astrid mulai bangkit lagi, dia merasakan kenikmatan yang berbeda dari biasanya, tanpa disadari dia juga ikut menggoyangkan pinggulnya seolah merespon gerakan Jon.


“Turun Non, kita ganti gaya !” perintahnya


Mungkin karena saking terangsangnya, Astrid menurut saja apa yang dimintanya, Jon mengatur posisinya berdiri dengan pantat agak ditunggingkan, tangannya bertumpu pada meja di depannya. Dan, penis Jon kembali memasuki vaginanya dari belakang. Dalam posisi demikian, Jon memaju-mundurkan pinggulnya sambil berpegangan pada kedua payudara Astrid. Mulutnya sibuk menciumi pundak dan lehernya membuat Astrid serasa melayang, sekonyong-konyong dia tidak merasa diperkosa karena turut menikmatinya. Ditariknya wajah Astrid hingga menengok ke belakang dan begitu wajahnya menoleh bibir tebalnya langsung memagut bibirnya. Karena sudah pasrah, Astrid pun ikut membalas ciumannya, lidah mereka saling membelit dan beradu, air liur mereka menetes-netes di pinggir bibir.


“Ahhh… ahhhh…. oohhhhh… oohhhh…” Astrid mengerang setiap kali Jon menyodokkan penisnya, di lain pihak, Jack ikut memberi semangat setiap kali Jon menyodok vagina Astrid sambil merekam adegan persetubuhan itu.


“Ayoo.. terusss.. teruss Nona … yeahh… oohhh… baguss..” Jack memberi semangat sembil merekam terus persetubuhan itu, dia menyorot wajah Astrid yang memerah karena dorongan birahi yang memuncak, sesekali Jack bahkan menyorot ke daerah vagina Astrid sehingga proses keluar masuknya penis Jon di dalam vaginanya direkam dengan jelas.


Menit demi menit berlalu, Jon masih bersemangat menggenjot Astrid. Sementara Astrid sendiri sudah mulai kehilangan kendali diri, dia kini sudah tidak terlihat sebagai seseorang yang sedang diperkosa lagi, melainkan nampak hanyut menikmati ulah preman itu. Kemudian Jon mengganti gaya lagi, kali ini ditelentangkannya lagi tubuh Astrid, lalu diangkatnya kedua paha Astrid dan disampirkannya ke pundaknya, lalu kedua tangannya mencengkeram pergelangan tangan Astrid, dan menariknya kuat-kuat, kemudian Jon kembali mendesakkan penisnya ke vagina Astrid dan menggenjotnya. Astrid menggeliat antara sakit bercampur nikmat, perlakuan Jon yang kasar ternyata justru membuat gejolak birahi Astrid kian meledak. gaya bercinta jon yang barbar justru menciptakan sensasi tersendiri. Di ambang klimaks, tanpa sadar saat Jon melepaskan pegangannya dan kembali menindih tubuhnya, Astrid memeluk Jon dan memberikan ciuman di mulutnya. Mereka berpagutan sampai Astrid mendesis panjang dengan tubuh mengejang, tangannya mencengkeram erat-erat lengan kokoh Jon. Sungguh dahsyat orgasme yang didapatnya, namun ironisnya hal itu didapat dari seorang pria mesum yang sebenarnya sedang memperkosa dirinya.


Penis Jon yang masih menancap di vaginanya belumlah terpuaskan, maka setelah jeda beberapa menit dia bangkit sehingga penis itu terlepas dari tempatnya menancap. Astrid yang belum pulih sepenuhnya disuruhnya menungging dengan tangan dan wajah bertumpu pada kasur.


“Oohh…sudah Tuan… saya sudah nggak kuat… tolong !” Astrid memelas dengan lirih


Mendengar itu, Jon cuma nyengir saja, dia merenggangkan kedua paha Astrid dan menempelkan penisnya pada bibir kemaluannya.


“Uugghh…oohh !” desah Astrid dengan mencengkram seperei dengan kuat saat penis itu kembali melesak ke dalam vaginanya. Sementara tangan Jon memegang dan meremas pantatnya sambil menyodok-nyodokkan penisnya, cairan yang sudah membanjir dari vagina Astrid menimbulkan bunyi berdecak setiap kali penis itu menghujam. Suara desahan Astrid membuatnya semakin bernafsu sehingga dia meraih payudara Astrid dan meremasnya dengan gemas seolah ingin melumatkan tubuh sintal itu.Cerpensex


Limabelas menit lamanya Jon menyetubuhinya dalam posisi demikian, seluruh bagian tubuh Astrid tidak ada yang lepas dari jamahannya. Sekalipun merasa pedih dan ngilu oleh cara Jon yang barbar, namun Astrid tak bisa menyangkal dia juga merasakan nikmat yang sulit dilukiskan,


Akhirnya Jon menggeram dan merasakan sesuatu akan meledak dalam dirinya. Dan serentak dia mencabut penisnya kemudian membalikkan tubuh Astrid sampai terlentang lagi, lalu Jon mengangkangi wajah Astrid sembil mengocok-ngocok penisnya sendiri tepat di depan wajah Astrid.


“Crtt…crt…crt….,” spermanya muncrat membasahi wajah Astrid. Belum cukup sampai situ, disuruhnya Astrid menjilati penisnya hingga bersih, setelahnya barulah dia merasa puas dan memakai kembali celananya. Dibiarkannya Astrid terkapar di ranjang itu, wajahnya tampak sedih dan basah oleh keringat, ir mata dan cairan sperma yang sangat banyak melumuri wajahnya, dalam hatinya berkecamuk antara kepuasan yang sensasional ini dan rasa benci pada pria yang baru saja memperkosanya.


“hehehehe..” Jack tertawa puas sambil mematikan handycamnya. “Kita dapat film yang sangat bagus hari ini. Berkat pelacur kita yang satu ini..”


“Benar Jack,” Jon menambahkan sambil tersengal. “Jepitan tempiknya mantap, gue jadi ketagihan sama tempiknya.”


“Suruh dia membersihkan wajahnya!” Jack memerintah. Jon dengan gontai mengambil seember air yang memang sudah disiapkan di sudut ruangan. Astrid ditariknya turun dari ranjang lalu dipaksanya untuk membersihkan mukanya yang penuh cairan sperma.


Setelah agak lama membiarkan Astrid -yang sengaja dibiarkan untuk memulihkan tenaganya- Jack kemudian mendekati Astrid.


“Nah, sekarang episode duanya sama gue,” kata Jack tenang sambil melepas seluruh pakaiannya. Astrid terdiam antara shock dan ketakutan melihat Jack yang sudah telanjang bulat di hadapannya.


“Oke Jon, kita mulai ya…?” Jack memberi komando dan Jon mulai merekam lewat handycamnya. Jack memeluk tubuh Astrid yang bugil sampai rapat dengan tubuhnya.


“Lihat ke kamera dong Sayang.. senyum… ” kata Jack sambil memalingkan wajah Astrid ke arah handycam di tangan Jon, mau tidak mau Astrid melihat ke arah handycam itu. Astrid memaksakan diri untuk tersenyum meskipun wajahnya berlinang air mata. Sementara itu Jakck mulai melancarkan aksinya dengan mencium pipi Astrid berulang-ulang, Jack bahkan menggosok-gosokkan bibirnya di pipi Astrid yang mulus itu. Kamudian dia juga menciumi dan mengulum bibir Astrid, Astrid hanya bisa meronta lemah. Agen Slot Online Terbaik


“Sekarang Nona cantik tolong emut punya saya dong..” kata Jack santai. Astrid hanya bisa mengangguk. Perlahan dia berlutut tepat di depan Jack. Wajahnya diturunkan sampai tepat menghadap penis Jack.


“Sekarang?” tanya Astrid yang sepertinya ragu melakukannya.


“Iya dong Non masa harus nunggu sampai besok!” jawab Jack santai. Kemudian dengan tangan gemetar Astrid melingkarkan telapak tangannya pada penis itu. Didekatkannya penis Jack ke mulutnya, dan mulai menjilati ujung penisnya, terasa asin, dan terasa ada cairan sedikit pada ujungnya, Astrid menutup matanya dan langsung memasukkan penis itu ke dalam mulutnya, dihisap dan dikulumnya penis itu dengan lembut, sesekali Astrid mengocok-ngocok penis itu dengan tangannya juga, lama kelamaan Astrid mulai terbiasa dengan penis Jack dan mulai dapat menyesuaikan diri, Astrid menjilati samping-sampingnya hingga ke buah pelirnya, Astrid bahkan memainkan ludahnya sedikit di penis itu, kemudian Astrid kembali memasukkan kepala penis itu ke mulutnya. Jack mendesah merasakan kehangatan mulut Astrid, sentuhan lidahnya memberi sensasi nikmat padanya.


Jack mendesah merasakan belaian lidah Astrid pada penisnya serta kehangatan yang diberikan oleh ludah dan mulutnya. Pertama kalinya sejak keluar penjara lalu dia kembali menikmati kehangatan tubuh wanita. Astrid sendiri walaupun merasa jijik dan kotor, tanpa disadari mulai terangsang dan mulai mengulum benda itu dalam mulutnya.


“Uuhhh…gitu Non, enak…mmmm !” gumamnya sambil memegangi kepala Astrid dan memaju-mundurkan pinggulnya.


Astrid merasakan wajahnya makin tertekan ke selangkangan dan buah pelir Jack yang berbulu lebat itu, penis di dalam mulutnya semakin berdenyut-denyut dan sesekali menyentuh kerongkongannya. Sekitar sepuluh menit lamanya dia harus melakukan hal itu, sampai Jack menekan kepalanya sambil melenguh panjang.


“Ohhh… ” Jack melenguh, tapi dia tidak ingin buru-buru. Dia melepaskan penisnya dari kuluman bibir Astrid. Dia lalu menyuruh Astrid untuk bergaya seperti anjing.


“Hehehehehe.. kita mulai ya Non..” kata Jack, rupanya dia ingin menyetubuhi Astrid dengan gaya doggy style. Dia mengarahkan penisnya kearah kemaluan Astrid, sementara Astrid masih dalam keadaan membungkuk terlungkup, Astrid merasakan ujung penisnya menyentuh ujung vaginanya.


“Dia yang minta lho,” kata Jack sambil menghadap kamera diikuti tawa Jon yang men zoom wajah Jack. Astrid merasa terhina oleh ucapan itu tapi Astrid tidak bisa berbuat apa-apa, dia telah menjadi budak seks mereka. Akhirnya Astrid merasakan penisnya menyeruak masuk ke dalam vaginanya, Jack mulai mengenjotnya dengan posisi doggy style.


“OOugh… ough… gila… enak… waduh…kok masih sempit sih tempiknya?” Jack meracau sambil terus mengenjot vagina Astrid, tangannya meremas remas payudara Astrid dari arah belakang. Sementara Jon mengarahkan kamera handycamnya ke arah di mana penis Jack memasuki vagina Astrid dehingga setiap gerakan dan suara gesekan penis Jack dan vagina Astrid terekam dengan jelas. Astrid membuka pahanya lebih lebar seiring dengan sodokan Jack yang semakin ganas agar tidak terlalu perih. Selain itu dia juga mulai menggerakkan pinggulnya mengikuti irama goyangan Jack.


“Enak kan non? Gue bikin Nona ketagihan ya?” ledek Jack.


“Iya Tuan… ahhhh… enak banget….” Astrid tidak peduli lagi bahwa saat ini dirinya sedang diperkosa.


Sekitar sepuluh menit lamanya Jack menyetubuhi Astrid dengan posisi seperti itu, lalu dia memeritahkan Astrid berganti gaya. Sekarang Jack berbaring di lantai dengan memakai pakaiannya sebagai alas kepala, disuruhnya Astrid melakukan gaya woman on top dengan bergoyang di atas penisnya. Dengan pertimbangan mengakhiri perkosaan itu secepatnya, Astridpun menaiki penis Jack lalu mulai menaik-turunkan tubuhnya. Kemudian Jack menarik tubuh Astrid sampai merapat dengan tubuhnya sambil tetap memaksa Astrid bergoyang di atas penisnya.


Astrid sempat menggenjotkan vaginanya sendiri di penis Jack sekitar lima menitan sebelum Jack memutuskan berganti posisi, sekarang dia kembali menelentangkan tubuh Astrid lalu menarik pergelangan kakinya dan membentangkan kedua pahanya, kemudian dia mengambil posisi diantara kedua paha itu. Jack langsung menyodokkan penisnya diiringi erangan panjang Astrid. Jack menghentak-hentakkan pinggulnya membuat tubuh Astrid berkelojotan, mulutnya megap-megap mengeluarkan rintihan yang justru membuat jack tambah bernafsu.


“Ayo lihat sini, ke arah kamera!” sahut Jon yang mengarahkan handycam itu pada mereka.


“Jangan…tolong jangan ahhh… …ahhh !” kata Astrid di tengah erangan nikmatnya, Jack merentangkan kedua tangannya itu ke samping sehingga wajah Astrid yang terangsang hebat bisa direkam dengan jelas. Jack tertawa-tawa melihat ke arah kamera seolah bangga bisa menikmati tubuh wanita secantik Astrid. Tak lama kemudian, tubuh Astrid mengejang dan menekuk ke atas sampai tulang-tulang rusuknya terjiplak di kulitnya. Dia merasa seperti ada suatu ledakan hebat dari dalam tubuhnya yang tidak bisa ditahan dan menyebabkan tubuhnya menggelepar-gelepar bak ikan keluar dari air. Tidak dapat disangkal bahwa perasaan itu nikmat luar biasa melebihi kenikmatan yang pernah dirasakan sebelumnya. Jack masih terus menggenjotnya selama beberapa menit ke depan, dan akhirnya dia pun mencabut penisnya lalu buru-buru mendekati wajah Astrid dimana dia menyemprotkan spermanya. Cairan putih kental pun berceceran membasahi wajah dan rambut gadis itu.Cerpensex


Mereka tertawa-tawa puas setelah memperkosa Astrid, tapi itu belum selesai. Tiba-tiba mereka memberikan sesuatu pada Astrid, sebuah penis mainan terbuat dari karet yang bisa menempel ketat di lantai. Mereka lalu memasang penis mainan sepanjang 20 cm itu di lantai lalu memaksa Astrid memasukkan penis itu ke vaginanya. Tadinya Astrid menolak sambil memohon-mohon, tapi setelah satu tamparan mendarat di pipinya, Astrid pasrah. Dia lalu mengangkangi penis karet itu dan mendesakkan vaginanya.


“Ahhh…. AHHHKK..” Astrid meringis dan merintih kesakitan saat penis karet itu menusuk vaginanya. Dipaksakannya untuk terus mendorong vaginanya sampai penis karet itu amblas sleluruhnya di dalam vaginanya. Astrid merngis kesakitan, air matanya meleleh keluar menahan rasa sakit di vaginanya.


“Goyangin pantatnya dong Non..” kata Jack dengan nada memerintah. Astrid perlahan-lahan mengangkat kembali pantatnya, penis karet itu seperti lolos dari vaginanya, tapi kemudian diturunkannya kembali pantatnya sehiangga penis itu amblas lagi, diulanginya lagi gerakan itu berulang-ulang, semula pelan, tapi kemudian Astrid mempercepat gerakan pantatnya yang naik turun membuat penis karet itu mengocok-ngocok vaginanya. Astrid mengerang antara sakit dan nikmat merasakan penis karet yang mengaduk-aduk vaginanya. Hampir sepuluh menit Astrid memperkosa dirinya sendiri sampai akhirnya tubuhnya mengejang, badannnya melengkung ke belakang membuat tulang iganya menjiplak di kulit tubuhnya, diiringi satu erangan keras Astrid kembali mengalami orgasme lalu dia terkapar di lantai dengan terengah-engah, sekujur badannya terasa nyeri terutama di bagian selangkangannya. Dia memajamkan mata, kali ini dia lebih menderita daripada sebelumnya, air matanya kembali meleleh, air mata kesedihan dan penderitaan.


“Hahahahahahaha…” Jack dan Jon tertawa mengejek. “Ternyata dia seneng banget dientot, tuh buktinya pingin lagi, sampai pakai kontol mainan pula..”


Astrid hanya bisa menangis mendengar penghinaan demi penghinaan yang dilontarkan oleh kedua preman itu, meskipun hatinya terasa perih tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dirinya sudah dikuasai bulat-bulat oleh kedua preman itu.


“Bagaimana Nona? Enak kan ngentot sama kami?” Jack berjongkok sambil meremas payudara Astrid yang sebelah kiri. “Nona sebetulnya berbakat lho jadi pelacur, kenapa Nona nggak nyoba saja jadi pelacur? Pasti pelanggan Nona banyak.”


Jon tertawa terbahak menengar ucapan yang sangat merendahkan itu, sementara Astrid hanya bisa berlinang air mata. Kemudian mereka menyeret Astrid ke kamar mandi. Di kamar mandi yang sempit itu mereka mengguyur tubuh Astrid dengan air dingin membuat Astrid menggigil kedinginan. Mereka juga menyabuni tubuh Astrid dengan sabun cair sambil tentunya menggosok-gosok tubuh Astrid dan bagian yang paling sering disabuni adalah bagian payudara, pantat dan vagina Astrid. Dan hal itu membuat kedua preman itu menjadi terangsang lagi. Dengan kasar dipaksanya Astrid menungging di lantai kamar mandi yang dingin lalu Jon kambali memperkosanya dari belakang, kali ini bahkan lebih brutal dari sebelumnya, Astrid sampai menjerit-jerit kesakitan. Tapi jeritan Astrid itu justru menambah semangat Jon untuk memperkosa Astrid. Setiap sepuluh menit mereka bergantian memperkosa Astrid berselang-seling, Jon sepuluh menit, Jack sepuluh menit. Hal itu membuat keduanya bisa bertahan lama sekali. Astrid sendiri makin lemas dan kelelahan, dia tidak tahu lagi berapa lama kedua preman itu memperkosanya, dirinya sekarang hanya bisa merintih kesakitan sambil sekaligus terangsang hebat. Astrid merasakan pedih luar biasa di vaginanya, selama puluhan menit keduanya menyetubuhinya dan berkali-kali pula Astrid mengalami orgasme sehingga tubuhnya menggelepar-gelepar di lantai. Perkosaan itu baru berakhir setelah kedua preman itu merasa puas, mereka lalu menyemprotkan spermanya di dalam rahim Astrid.Cerpensex


Hampir satu jam lamanya kedua preman itu secara bergantian menyetubuhi Astrid yang kini tertelungkup tidak berdaya dengan rintihan kesakitan keluar dari bibirnya, sekujur tubuhnya terasa sakit seperti habis dipukuli. Astrid tidak mampu lagi bergerak, dia hanya diam saja saat kedua preman itu menyeretnya ke sebuah kamar tidur yang tertutup rapat. Seluruh jendelanya tertutup dan berterali besi. Hanya ada sebuah kasur busa usang yang ada di situ.


“Nah, nona cantik, sekarang Nona boleh tidur di sini, tapi ingat ya, jangan macam-macam, kalau Nona menurut maka tidak akan terjadi apa-apa, mengerti?” Jack berkata dengan nada mengancam. Astrid hanya mengangguk lemah. Dia kemudian ditinggalkan di kamar itu, sendirian, kedinginan karena Jack dan Jon hanya memperbolehkan Astrid memakai BH dan celana dalam saja.


Tubuh Astrid gemetar karena dingin dan kelelahan. Pikirannya kacau balau, dia tersiksa secara fisik dan mental tapi dia tidak berani melawan, dia takut ancaman kedua preman itu yang akan menghabisi seluruh keluarganya. Karena kekelahan dan putus asa, Astrid akhirnya tertidur.

Cerita Sex Astrid 2

Subscribe Our Newsletter